Berita Adv

Upaya Pelestarian Kebudayaan : Tampaknya, Kita Harus Belajar dari Mereka

Usaha ini mereka lakukan tanpa sama sekali berhubungan dengan pengetahuan budaya (culture knowledge).

Editor: Weni Wahyuny
Dokumentasi Yudhy Syarofie
Lahan tempat kepingan perahu kuno tertanam di Desa Samirejo, Mariana, Banyuasin. 

Di samping kelompok ini, ada pula anggota sanggar yang berasal dari etnis Rawas, Minang, Bugis, dan Bali.

Setiap tahun, dengan para tokoh Turonggo Jati sebagai pelaksana utama, yaitu pada 1 Muharram atau 1 Suro, diadakan Sedekah Bumi, yaitu selamatan desa.

Pada saat inilah, lima agama yang dianut warga diperlakukan sama.

Pada saat sedekah bumi ini, dilakukan jamasan, yaitu pemandian benda pusaka milik siapa pun.

Sebagai pemimpin komunitas, jamasan dilakukan oleh Sunyoto.

Beragam pusaka terkumpul di sini.

Sebagian besar keris merujuk ke Mataram.

Menurut Sunyoto, keris dan pusaka lainnya itu umumnya merupakan bawaan dan pegangan kakek atau bapak mereka yang datang ke daerah ini sebagai transmigran.

Di samping itu, mereka juga membangun candi (untuk umat Hindu) di tempat itu.

Saat penggalian, beragam benda kuno ditemukan.

Temuan ini pun dikumpulkan di satu tempat, dan tidak ada di antara mereka yang mengganggunya.

Dalam perbincangan saya dengan beberapa arkeolog pelestari, proses yang berlaku pada jamasan itu, disadari atau tidak, adalah usaha pelestarian.

Bila keris yang dilumuri dengan air jeruk purut berfungsi membersihkan kotoran yang menjadi cikal bakal karat, demikian pula perabunan –pada jamasan menggunakan kemenyan—dapat membuat keris yang berbahan logam selalu terjaga kondisinya.

Lantas, bagaimana Sunyoto dan warga yang biasa bersamanya mengurusi hal ini?

Mereka tetap saja dengan kesehariannya; berkebun, berdagang, kerja PNS, dan bermain jaran kepang.

Kisah Nurjanah dan Sunyoto merupakan dua wajah pelestari warisan budaya yang hadir secara nyata di tengah-tengah kita.

Disadari atau tidak, masyarakat di akar rumput masih melakukan langkah pelestarian dengan segala keterbatasan.

Mereka berupaya sebisa mungkin agar warisan budaya tetap lestari guna diwariskan pada anak cucu.

Bagaimana dengan kita? (ADV)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved