Pilkada OKU Timur 2024

Pilkada OKU Timur 2024 Disebut Miskin Ide dan Gagasan, Berharap Calon Kepala Daerah Turun ke Rakyat

Dimana para tokoh-tokoh politik Sumsel dan OKU Timur sudah mulai memperlihatkan alur strategi politiknya masing-masing.

Penulis: CHOIRUL RAHMAN | Editor: Slamet Teguh
Dokumen Pribadi
Tokoh Pemuda Komering OKU Timur Fahmi -Pilkada OKU Timur 2024 Disebut Miskin Ide dan Gagasan, Berharap Calon Kepala Daerah Turun ke Rakyat 

TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumatera Selatan dan Pilkada OKU Timur tahun 2024 telah berjalan.

Dimana para tokoh-tokoh politik Sumsel dan OKU Timur sudah mulai memperlihatkan alur strategi politiknya masing-masing.

Namun menurut Fahmi Tokoh Pemuda Komering OKU Timur menilai dalam Pilkada 2024 ini masih miskin ide dan gagasan.

Lalu cukup mengkhawatirkan jika Pilkada hanya sekadar melaksanakan agenda demokrasi prosedural.

Serta hanya menjadi transisi kekuasaan politik kepala daerah semata tanpa melakukan perubahan politik mendasar. Sehingga menjadi bumbu-bumbu politik yang feodal dan koruptif.

Ia juga berpandangan, bahwa belum melihat komitmen serius dari sejumlah nama yang bakal maju berkontestasi.

Namun justru yang ditampilkan terkesan elitis dan berjarak dengan isu kerakyatan.

"Masih sekadar politik gimik dan pencitraan. Baliho-baliho yang terpampang di sepanjang jalan semua itu dilakukan untuk mendapat simpati pemilih. Tanpa narasi dan gagasan menunjukkan isi kepala politisi daerah," katanya ketika dibincangi Rabu (17/07/2024).

Baca juga: Lanosin Terus Jalin Komunikasi Politik Maju di Pilkada OKU Timur 2024, Harap Masyarakat Tak Terpecah

Baca juga: Pilkada OKU Timur 2024, Masyarakat Harapkan Sosok Pemimpin yang Dapat Memajukan Daerah

Bahkan para bakal calon Gubernur maupun Bupati hanya sebatas melontarkan jargon yang tidak secara spesifik membranding isu kerakyatan atau program-program yang berpihak ke masyarakat ramai.

Baik itu tentang problem yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Tindakan tersebut monoton sehingga publik tidak memiliki second opini terhadap gagasan dan pemikiran pembaharuan.

"Seperti kata Buya Safi’i Ma’arif sebagai politisi rabun ayam. Dimana politisi rabun ayam adalah politisi yang di dalam pikirannya hanya sekadar kekuasaan, proyek, uang, dan perempuan. Tidak memiliki visi misi politik jangka panjang dan kemanusiaan," paparnya.

Maka para calon ini hanya mengandalkan elektabilitas dan popularitas saja, bukan pada ide, gagasan yang dijual ke masyarakat.

Masyarakat tentu berharap para calon pemimpin ini rajin turun ke masyarakat.

Lalu serap aspirasi, jadikan aspirasi itu sebagai program kerja sebagai kepala daerah kedepan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved