Dokter di Jambi Tewas Kecelakaan

Beda Kronologi Versi Keluarga dan Polisi Dalam Kasus Dokter Dwi Tewas Kecelakaan usai Dituduh Maling

Polisi mengungkapkan kronologi versinya soal dokter Dwi Fatimahyen (29) tewas kecelakaan usai dituduh maling.

Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Weni Wahyuny
TribunJambi.com/Kompas.com
Pemakaman dokter Dwi (kiri) dan Polisi (kanan) mengungkapkan kronologi versinya soal dokter Dwi Fatimahyen (29) tewas kecelakaan usai dituduh maling. Namun kronologi versi polisi berbeda dengan versi keluarga. 

Ketika di jalan arus lintas padat, korban tetap ngebut dan berusaha mendahului mobil truk. Namun dari arah berlawan ada truk.

Baca juga: Pak Saya Takut Curhat Dokter Dwi Sempat Hubungi Ayah Sebelum Tewas Kecelakaan, Dibuntuti 3 Orang

Sehingga, korban memutuskan banting setir ke kanan untuk menghindari tabrakan.

Ketika banting setir mobilnya menjadi tak terkendali dan menabrak rumah warga hingga akhirnya korban mengalami kecelakaan tunggal.

"Pengejaran dari Selatan-Utara itu sekitar 40 menit melewati Kota Jambi dan kemudian kembali lagi ke Muaro Jambi, tepatnya di Desa Sekernan, Kecamatan Sekernan korban mengalami kecelakaan tunggal," kata Wahyu.

Inilah sosok dokter muda di Jambi yang tewas kecelakan tunggal usai dituduh maling.
Inilah sosok dokter muda di Jambi yang tewas kecelakan tunggal usai dituduh maling. (Tribunjambi.com/Rifani Halim/Kompas.com)

Dalam kasus dokter tewas kecelakaan ini, polisi telah memeriksa lima orang warga yang mengejar korban.

Namun, kata Wahyu, penyebab kecelakaan bukan karena pengejaran yang dilakukan warga, melainkan sudah dari awal korban sudah ngebut ketika masuk perumahan.

"Sejak awal sudah memicu kekhawatiran warga, sehingga warga berpikir yang aneh-aneh,” kata Wahyu.

Baca juga: Dwi Fatimahyen, Dokter di Jambi Tewas Kecelakaan usai Dituduh Maling hingga Dikejar Polisi & Warga

Polisi Bantah Lakukan Tindakan Kesalahan Prosedur

Sementara, tuduhan bahwa pihak kepolisian tidak melakukan tindakan kesalahan prosedur pun dibantah.

Pasalnya, berdasarkan video yang beredar, anggota polisi sudah menyalakan sirine dan toa bahkan memberikan tembakan peringatan.

"Kalau misal takut begal atau apa masih wajar, tapi kalau sudah anggota polisi paling maksimal ditilang."

"Kalaupun diketahui penyebabnya, kami maklumi karena ketakutan gak akan kami tilang kami bawa ke orang tuanya atau keluarganya," kata Wahyu.

Namun, Wahyu tidak segera mengindahkan dengan tetap memacu kendaraan berkecepatan tinggi.

Tentu pilihan itu memiliki risiko, membahayakan diri sendiri, dan juga orang lain, sehingga harus dihentikan.

Akibat kejadian ini, lima orang sudah diperiksa.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved