Fenomena Badai Matahari
Apa Arti Badai Matahari dan Dampaknya Bagi Bumi, Diprediksi Terjadi di Akhir Desember 2023
Para ahli memperingatkan fenomena badai Matahari berpotensi terjadi pada akhir tahun 2023.
Aktivitas di permukaan Matahari, di antaranya seperti jilatan api (solar flares) atau ledakan massa korona (CME), yang dapat meningkatkan energi yang dibawa oleh angin Matahari dan kecepatannya.
Selain itu, aktivitas Matahari tersebut juga dapat memengaruhi intensitas medan magnet antar planet (IMF).
Kendati magnetosfer atau salah satu lapisan atmosfer Bumi dapat membelokkan sebagian besar aktivitas Matahari yang dibawa oleh angin matahari, namun beberapa partikel yang dilontarkan oleh CME tetap dapat memasuki Bumi.
Partikel-partikel energik ini kemudian yang menyebabkan gangguan magnetik, yang selanjutnya diklasifikasikan sebagai fenomena badai geomagnetik atau sub-badai Matahari.
Badai Matahari yang memancarkan gelombang geomagnetik ini juga dapat menciptakan fenomena langit yang cantik, yakni yang dikenal dengan cahaya aurora di daerah kutub Bumi.
Akan tetapi, fenomena badai Matahari juga dapat sangat merusak dan berbahaya, yakni dapat menyebabkan cuaca antariksa yang merusak, terutama menyebabkan gangguan satelit hingga jaringan internet.

Fenomena badai geomagnetik dan sub-badai Matahari Badai geomagnetik Matahari diklasifikasikan sebagai fenomena 'berulang' dan 'tidak berulang'.
Artinya, badai Matahari yang teradi berulang, terkait dengan rotasi Matahari yang terjadi setiap 27 hari.
Fenomena badai tersebut dipicu oleh pertemuan Bumi dengan interplanetary magnetic field (IMF) ke arah selatan, yakni saat daerah bertekanan tinggi terbentuk oleh interaksi aliran angin matahari berkecepatan rendah dan tinggi yang ikut berotasi dengan Matahari.
Sementara badai tidak berulang yang paling sering terjadi selama solar minimum atau aktivitas minimum Matahari, yakni fase penurunan siklus matahari.
Fenomena badai yang tidak berulang sering terjadi selama maksimum matahari, ketika siklus matahari berada pada puncak yang tinggi.
Badai Matahari ini disebabkan oleh lontaran massa korona (CME) (kumpulan partikel bermuatan) dan, biasanya, pertemuan CME dengan gelombang kejut antar planet. Sedangkan, asal mula terjadinya substorm atau sub-badai matahari mirip dengan badai geomagnetik.
Hanya saja, substorm berlangsung singkat, sekitar dua sampai tiga jam dan lebih sering terjadi, rata-rata enam kali sehari.
Sub-badai ini terjadi selama fase utama pertumbuhan badai. Substorm hanya teramati di zona aurora, sedangkan badai magnetik adalah fenomena di seluruh dunia.
Sementara itu, peristiwa-peristiwa besar akibat aktivitas matahari di Matahari bersifat berulang dalam satu siklus.
Fenomena Badai Matahari
Badai Matahari
Kapan Badai Matahari
Badai Matahari 2023
Matahari
Tribunsumsel.com
DAFTAR Harga BBM Pertamina Terbaru per 1 September 2025 di Seluruh Indonesia, Pertamax Turbo Turun |
![]() |
---|
Pernyataan Lengkap Sri Mulyani usai Rumah Dijarah 2 Kali, Minta Maaf, Ajak Jaga Indonesia |
![]() |
---|
Pos Polisi, Mobil dan Kantor DPRD Sumsel di Palembang Dibakar, Puluhan Orang Diamankan |
![]() |
---|
Status Dinonaktifkan, Segini Gaji DPR Diterima Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Uya Kuya & Eko Patrio |
![]() |
---|
Penjelasan Kodam II/Sriwijaya Soal Salah Tangkap Anggota TNI di Palembang yang Sedang Cari Makan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.