Berita Viral

Sosok Lukas Kolo Guru di NTT 10 Tahun Ngajar Tak Digaji Tinggal di Perpus, Nyambi Kerja di Kebun

Inilah sosok guru di Nusa Tenggara Timur (NTT) 10 tahun mengajar tak pernah diberi gaji.

Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Weni Wahyuny
Kompas.com
Inilah sosok guru di Nusa Tenggara Timur (NTT) 10 tahun mengajar tak pernah diberi gaji. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Inilah sosok guru di Nusa Tenggara Timur (NTT) 10 tahun mengajar diduga tak pernah diberi gaji.

Diketahui, sosok guru ini menjadi sorotan karena kisahnya menjadi pengajar selama 10 tahun di NTT tetapi tak pernah menerima gaji viral di media sosial.

Bahkan mirisnya, demi menghemat biaya transportasi, guru di NTT ini tinggal di perpustakaan sekolah bersama keluarganya.

Perpustakaan sekolah itu dialih fungsikan sebagai tempat tinggal sementara untuk para guru.

Lantas siapakah sosok guru tersebut ?

(kiri) Guru Lukas Kolo. (kanan) ilustrasi siswa sekolah di pendalaman. Seorang guru di NTT bernama Lukas Kolo (37) memilih tinggal di perpustakan sekolah. Bermula karena tak menerima gaji selama 10 tahun mengajar.
(kiri) Guru Lukas Kolo. (kanan) ilustrasi siswa sekolah di pendalaman. Seorang guru di NTT bernama Lukas Kolo (37) memilih tinggal di perpustakan sekolah. Bermula karena tak menerima gaji selama 10 tahun mengajar. (Tribunjatim.com/kompas.com)

Guru ini bernama Lukas Kolo yang saat ini berusia 37 tahun.

Lukas Kolo sudah 10 tahun terakhir Lukas Kolo mengabdi menjadi guru di SMP Negeri Wini.

Ia menjalani profesinya sebagai guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri Wini dengan sukacita.

Baca juga: 10 Tahun Mengajar Tak Digaji, Kisah Pilu Lukas Polo Guru di NTT, Kini Tinggal di Perpus Sekolah

Diceritakan Lukas, pada Agustus 2023 lalu, Lukas menerima Surat Keputusan (SK) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Namun, hingga saat ini ia belum menerima gaji.

"Saya terima SK tanggal 7 Agustus 2023, sampai hari ini belum terima gaji. Mungkin pemerintah masih urus, karena terlalu banyak peserta," ungkap Lukas, seperti dikutip TribunJabar.id dari Kompas.com, Selasa (21/11/2023).

Pak Guru Lukas yang tak terima gaji 10 tahun
Pak Guru Lukas yang tak terima gaji 10 tahun (((Kompas.com)))

Kendati begitu, Lukas tidak mengetahui secara pasti kapan akan menerima gaji.

Saat ini, dirinya hanya bisa menunggu saja.

Untuk bertahan hidup, kini Lukas mengandalkan kerja sampingan dengan menjadi pekerja kebun dan menjual hewan.

Baca juga: Detik-detik Jessica Iskandar Ngamuk Bertemu Steffen Tersangka Penipuan Rp 10 M, Minta Dikembalikan

Di SMP Negeri Wini ini, Lukas bersama keluarganya sengaja tinggal di ruang perpustakan yang dialihfungsikan menjadi mes.

Hal itu demi untuk menghemat biaya transportasi dari rumahnya di Bakitolas yang jaraknya sekitar 25 kilometer ke SMP Negeri Wini.

"Pulangnya kalau ada keperluan saja. Ya kadang satu bulan sekali. Yang menginap di mes ada tiga guru, termasuk saya," ungkapnya.

Dia mengaku harus membuat alat peraga karena tak memiliki lab bahasa.

"Sejauh ini, kami hanya bisa pakai alat peraga. Kami kreatif sendiri untuk membuat gambar atau poster. Kami sediakan dan kami paparkan agar mereka tahu tentang apa," tuturnya.

Sementara saat praktik listening atau praktik mendengarkan percakapan Bahasa Inggris, Frederikus menggunakan speaker atau pengeras suara kecil yang disambungkan ke ponsel.

Frederikus mengungkapkan bahwa SMP Negeri Wini tak memiliki proyektor untuk mengajar.

Bahkan terkadang dirinya meminjam proyektor ke SD Katolik Wini yang tak jauh dari sekolahnya.

"Kami kadang kalau mau pakai Infocus (merek proyektor) harus pinjam dari SD Katolik Wini. Karena kan mereka ada. Kalau ada pertemuan orang tua dan urgent, ya harus pinjam," ujar Frederikus.

Di sisi lain, setiap guru harus membeli buku referensi tambahan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk siswa.

"(Kalau ada tambahan belajar, guru) harus beli. Terkadang, buku referensinya disiapkan oleh guru, lalu mereka fotokopi,” ucap Guru Bahasa Indonesia, Aryance Paulina Thake Kolo.

Lukas pun meminta Pemerintah Indonesia memperhatikan tenaga pengajar di pelosok negeri yang jauh dari kata sejahtera.

Apalagi di wilayah perbatasan banyak tenaga guru honorer.

"Karena di sini banyak guru honorer. Tentunya pemerintah harus membuka mata. Karena, tanpa guru, dunia bisa mati. Guru yang bisa mencerdaskan bangsa," katanya.

"Kebutuhan sangat menuntut, tapi pemerintah kurang memperhatikan, itu kendala kami di situ. Jadi, kami mohon supaya, untuk ke depan, perhatikan guru," ucap Lukas melanjutkan.

Kendati begitu, sama dengan Lukas, Frederikus berharap pemerintah lebih memperhatikan tenaga pendidik.

“Anak bangsa ini perlu dididik. Tapi, bagaimana dengan kami yang pendidik? Itu yang perlu diperhatikan oleh pemerintah,” ujarnya.

Terlepas dari hal tersebut, Frederikus juga tetap berharap agar siswanya yang lulus bisa melanjutkan ke jenjang tinggi dan tidak kalah saing dengan anak yang bersekolah di kota.

Baca berita lainnya di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved