Jejak Inalum di Tanah Batak, Miliki Smelter Ramah Lingkungan Hingga Jaga Warisan Budaya Batak

HIJAU dan asri, seketika pertama kali memasuki pabrik peleburan PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum yang berada di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei

Editor: Moch Krisna
TRIBUNSUMSEL.COM/SIEMEN MARTIN
Smelter ini memakai tenaga listrik berkapasitas 603 Mega Watt (MW) yang operasionalnya dikendalikan dari Paritohan mengandalkan sumber daya air Sungai Asahan yang mengalirkan air dari Danau Toba yang sudah beroperasi sejak tahun 1982. 

TRIBUNSUMSEL.COM -  HIJAU dan asri, seketika pertama kali memasuki pabrik peleburan PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum yang berada di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara.

Nyaris tak tampak asap hitam yang membumbung di atas pabrik, padahal ada 560 tungku beroperasional 24 jam tempat produksi yang menghasilkan rata-rata hingga 250 ribu ton alumunium per tahun.

Tak seperti pabrik kebanyakan yang terlihat kumuh, pabrik Inalum Grup MIND ID mengedepankan peduli lingkungan.

Di tempat peleburan tiap satu tungku saat proses peleburan suhu panas mencapai 965 derajat celcius, sedangkan kita yang ada di ruangan itu suhunya mencapai 40 derajat celcius yang membuat setiap orang mandi keringat jika berada di dekat tungku.

"Disini ada sistem yaitu gas Hidrogen Florida diubah menjadi karbondioksida, teknologi ini disebut dengan Gas Cleaning System yang ada di pabrik," jelas Superintendent Peleburan Smelter PT Inalum, Yudha Putra Utama.

Dijelaskan oleh Yudha, cara ini terbilang ampuh, sebab untuk menghindari polusi yang disebabkan oleh gas buang termasuk fluoride dan debu dari pabrik reduksi serta SOx dan tar dari Pabrik Pemanggang Anoda.

Bukan itu saja, pabrik peleburan ini memiliki 27 unit dry scrubbing yang saling terhubung dengan tiga jalur pot atau tungku peleburan.

Masih dikatakan pria lulusan Sarjana Teknik Kimia USU ini, selanjutnya pengolahan emisi gas, alumina yang diperkaya fluoride dan partikulat lainnya dikembalikan ke tungku peleburan.

Sedangkan gas bersih dibuang melalui cerobong, kemudian pelepasan gas karbondioksida dari pabrik itu diserap oleh pohon-pohon yang ada di sekitar pabrik.

Hal ini membuat pekerja maupun warga di sekitar pabrik tak terganggu dengan asap polusi.

Bukan itu saja, sisa peleburan pembuatan aluminium dari alumnina kemudian dijadikan karbon lagi dan dipakai untuk peleburan kembali.

Inalum juga fokus melakukan penurunan beban emisi yaitu program penggunaan bahan bakar LNG sebagai pengganti LPG.

Dengan kata lain, Inalum hampir sempurna menjalankan proses atau bisnis secara berkelanjutan.

Lokasi smelter alumunium kebanggan rakyat Indonesia yang jaraknya 110 kilometer dari Kota Medan ini sedang digenjot produksinya hingga 300 ribu ton aluminium pada 2024.

Yudha mengungkapkan untuk mewujudkan hal tersebut, saat ini tengah dilakukan upgrade teknologi pot dari Jepang ke versi yang baru dari China.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved