Berita Palembang

Kabut Asap Masih Selimuti Palembang dan Sekitarnya, WALHI: Pemerintah Harus Ekstra Tangani Karhutla

Kabut Asap Masih Selimuti Palembang dan Sekitarnya, WALHI: Pemerintah Harus Ekstra Tangani Karhutla

Dok Tribun Sumsel
Kabut asap masih menyelimuti wilayah kota Palembang dan sekitarnya. 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati

 


TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kabut asap pekat masih menyelimuti beberapa wilayah di Sumatera Selatan (Sumsel) tak terkecuali di Kota Palembang, Selasa (31/10/2023). 

Pekatnya kabut asap yang dirasa mengganggu pernapasan dan jarak pandang cukup mengganggu aktivitas masyarakat. 

Diketahui, penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera Selatan (Sumsel) melalui darat, udara dan juga Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) sudah dilakukan.

Namun Sumsel khususnya Kota Palembang tetap saja masih diselimuti kabut asap yang pekat.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumsel Yuliusman mengatakan, pemerintah perlu upaya ekstra dalam menangani karhutla yang dirasa sudah sangat mengganggu. 

"Asap ini dari Karhutla, kalau WALHI melihat sudah lebih dari dua bulan. Artinya pemerintah harus ekstra lagi berupaya menangani Karhutla," kata Yuliusman, Selasa (31/10/2023).

Baca juga: Mahasiswa Minta Kapolda Sumsel Mundur, Penegakan Kasus Hukum Karhutla Tak Kunjung Tuntas

Menurutnya, upaya yang ada harus dimaksimalkan lagi.

Artinya konteks di lapangan yang paling penting selain memadamkan area atau wilayah terbakar yakni pemerintah terus harus melakukan TMC untuk memastikan supaya wilayah yang terbakar segera turun hujan.

"Dengan adanya penyemaian paling tidak bisa meminimalisir udara yang buruk ini. TMC harus lebih diperbanyak, terutama di wilayah-wilayah yang titik panasnya banyak," katanya 

Menurutnya, dengan terlihat asap yang masih tebal seolah-olah ini menganggap Karhutla seakan dibiarkan saja dan padam sendiri.

Hal itu tentu tidak diperbolehkan, maka perlu upaya ekstra memastikan yang terbakar padam. 

"Bukan berarti meniadakan upaya yang ada, hanya perlu lebih di ekstrakan lagi dan dipantau jangan sampai terjadi Karhutla. Melihat memang suhu saat ini panas, maka perlu dijaga," katanya

Sementara itu, terkait saat ini Sumsel sudah memiliki Pj Gubernur Sumsel yang sudah menjabat satu bulan, menurutnya Karhutla ini memang tanggungjawab Pj Gubernur Sumsel untuk memastikan satuan kerjanya bekerja dengan baik.

"Pastikan satuan kerja yang bertugas dikerahkan dengan ekstra untuk melakukan pemadaman dan pencegahan. Tidak ada ceritanya ini kejadian biasa-biasa saja, melainkan ini bencana luar biasa," ungkapnya

Masih kata Yuliusman, korban dari kabut asap adalah masyarakat yang terpapar ISPA.

Selain itu masyarakat tidak bisa beraktivitas secara maksimal dan anak-anak sekolah pun terganggu.

"Jangka panjang kita mendorong upaya untuk memastikan bahwa kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Jangan melihat Karhutla ini sebagai rutinitas tahunan yang terjadi, artinya harus ada upaya-upaya ekstra," katanya 

Misal, memastikan korporasi yang bergerak disektor usaha kehutanan ataupun perkebunan untuk menjaga wilayahnya, supaya tidak terbakar.

Lalu upaya pemadaman harus segera dan ekstra supaya tidak meluas. 

"Kita tidak bisa menilai pemerintah serius atau tidak serius. Keseriusan itu juga diikuti dengan komitmen, personel dan langkah-langkah kongkrit dalam pencegahan dan pemadaman Karhutla," katanya 

Sementara itu Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, untuk ISPA di Sumsel pada bulan Oktober sudah lebih dari 49 ribu kasus.

Jumlah ini meningkat dari bulan sebelumnya 44,887 kasus.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved