Berita OKI

Musim Kemarau, Warga OKI Keluhkan Jalan Area Perkebunan Berdebu

Beberapa ruas jalan yang belum diaspal berdebu pekat, terutama jalan akses penghubung di wilayah perkebunan juga jadi persoalan. 

Penulis: Winando Davinchi | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/WINANDO DAVINCHI
Beberapa ruas jalan perkebunan di OKI yang belum diaspal berdebu pekat, terutama jalan akses penghubung di wilayah perkebunan juga jadi persoalan.  

TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG -- Musim kemarau telah melanda Ogan Komering Ilir hingga September 2023 ini.

Tidak hanya persoalan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mulai mencuat ke permukaan dan menyebabkan masalah kesehatan.

Tetapi, beberapa ruas jalan yang belum diaspal berdebu pekat, terutama jalan akses penghubung di wilayah perkebunan juga jadi persoalan. 

Dari pantauan Tribunsumsel.com, salah satu jalan poros penghubung antara Kecamatan Pedamaran Timur dan Mesuji Raya ruas jalan yang biasanya dipenuhi oleh tanaman hijau dan pepohonan rimbun kini telah berubah menjadi lorong-lorong berdebu.

Warga setempat juga mengeluhkan jalan yang berdebu tersebut karena dikhawatirkan dapat menimbulkan gangguan pernapasan.

"Kalau ada mobil yang lewat pasti debunya pekat sekali dan jalanan menjadi gelap, efeknya sesak napas dan batuk-batuk," kata Arwanto salah satu pengguna jalan tersebut, Sabtu (30/9/2023) siang.

Baca juga: Kabut Asap di Palembang Kiriman OKI-OI, Polda Sumsel Akan Periksa Perusahaan Penyebab Karhutla

Selain itu, bagi kendaraan seperti motor, truk dan mobil pribadi harus berbagi dan bergantian melintas dan tentunya menciptakan tantangan bagi pengguna jalan.

"Meskipun kita pengguna motor sudah memakai helm atau masker untuk menghindari debu yang terhirup. Tetapi kadang kala kalau ada mobil lewat kami harus berhenti karena jalan tidak terlihat,"

"Setelah debu perlahan hilang, barulah saya bisa kembali berjalan. Sehingga kecelakaan lalu lintas di perkebunan bisa diminimalisir," ungkapnya.

Meskipun musim kemarau yang panjang ini menguji batas kesabaran, harapan akan musim hujan segera datang membawa kelegaan yang tak pernah padam.

"Tentunya sebagai wilayah petani, kami berharap bisa segera turun hujan karena selain jalan berdebu hilang, usaha pertanian juga bisa berkembang subur," harapannya.

Keluhan bukan hanya dirasakan pengguna jalan, pemukiman warga yang berada di pinggir jalan juga merasakan dampak debu yang berterbangan hingga memasuki area rumah mereka.

"Semenjak musim kemarau, pintu depan terpaksa ditutup rapat dan kalau mau keluar masuk rumah melewati pintu dapur karena bila pintu depan dibuka bisa kemasukan debu," tambah Wayan, inilah penderitaan di musim kemarau.

Disebutkan cara lain meminimalisir debu yaitu dengan menyiram air tepat dijalan depan rumahnya sewaktu pagi dan sore hari.

"Kadang ada juga warga yang meletakkan drum atau kayu besar di depan rumah mereka, supaya mobil atau motor yang lewat lebih lambat atau pelan," pungkasnya.

Baca berita lainnya langsung dari google news

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved