Berita Palembang

Dowitul Dodol Sawit Inovasi Santri Ponpes Izzatul Kamilah Desa Macang Sakti MUBA, Segera Dipasarkan

Santri Ponpes Izzatul Kamilah di Desa Macang Sakti Sanga Desa Musi Banyuasin membuat dowitul, dodol sawit santri Izzatul.

Penulis: Hartati | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/HARTATI
Kepala Madrasah Ibtidaiyah Izzatul Kamila, Yulianti memperlihatkan produk dodol yang dibuat dari brondol atau kelapa sawit yang rontok dari tandannya menjadi olahan kuliner lezat saat pameran kegiatan UKMK Kelapa Sawit Just Saw It UKMK di PIM Palembang, Sabtu (30/9/2023). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Memiliki kebun dan lokasi pengepulan kelapa sawit sendiri di sekitar pesantren, santri Ponpes Izzatul Kamilah di Desa Macang Sakti Sanga Desa Musi Banyuasin terinspirasi mengubah buat sawit tersebut menjadi produk bernilai guna lebih ekonomis dengan mengolahnya menjadi dodol sawit.

Diberi nama dowitul alias dodol kelapa sawit santri Izzatul yang diolah seluruhnya oleh santri.

Kepala Madrasah Ibtidaiyah Izzatul Kamila, Yulianti mengatakan di pondok pesantren tersebut terdapat pelajaran tata boga sehingga keseluruhan proses pembuatan hingga pengemasan dikerjakan oleh santri.

Guru hanya mengawasi dan mengarahkan agar langkah-langkahnya benar.

Yuli mengatakan proses membuat dodol ini sama dengan dodol ketan biasanya yakni diperlukan tepung ketan, santan kelapa dan gula aren.

Baca juga: Kabut Asap di Palembang Kiriman OKI-OI, Polda Sumsel Akan Periksa Perusahaan Penyebab Karhutla

Hanya saja di sini penggunaan santan diganti dengan sebagain santan dan sebagian lagi olahan kepala sawit.

Jadi kelapa sawit itu kemudian direbus hingga menjadi santan dengan takaran satu bagian rebusan kelapa sawit dan satu bagian santan yang diaduk ke dalam adonan kemudian dipanaskan di atas tungku yang diaduk terus menerus selama tiga jam non stop.

Setelah tiga jam, adonan dodol jadi kalis dan mengeluarkan minyak alami dan tidak lagi lengket barulah dodol matang dan didinginkan untuk selanjutnya dikemas.

Dodol yang dijual ini dikemas sebesar ruas jari dengan kemasan box karton dan mika plastik isi 15 dibandrol Rp 35 ribu.

Sementara itu dodol kemasan boks plastik bening isi 10 dijual Rp 25 ribu.

"Harus sabar membuat dodol ini karena tahap pengolahannya panjang mulai dari perebusan santan kelapa dan sawit, tahap pencampuran semua bahan, pengadukan hingga pengemasan," ujar Yuli disela kegiatan UKMK Kelapa Sawit Just Saw It UKMK yang digelar oleh Direktorat Jendral Perbendaharaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit di Palembang Indah Mall (PIM).

Yanti mengatakan dodol yang dibuat ini adalah produk perdana dan sudah dipasarkan di lingkungan pesantren.

Saat ini pesantren tengah mengurus izin PIRT nya sehingga bisa dijual lebih luas lagi ke pusat oleh-oleh.

Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana, Plt Direktur Kemitraan BPDP Kelapa Sawit Kabul Wijayanto mengatakan dengan kegiatan gebyar UKMK ini diharapkan mampu meningkatkan semua SDM UKMK sehingga hilirisasi produk bisa naik kelas masuk pasar ekspor sekaligus mengedukasi masyarakat untuk memerangi kampanye hitam sawit di pasar Eropa.

Gebyar UKMK ini diisi dengan pameran produk olahan sawit, talkshow produk turunannya sehingga UKMK bisa mengembangkan produk lebih baik lagi dan melahirkan ide-ide produk yang bisa dipasarkan di pasar ekspor.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved