seputar islam
Sirah Nabawiyah, Kisah Nabi Muhammad Diangkat Menjadi Rasul, Ditandai Mimpi dan Menerima Wahyu
Di antara peristiwa manakjubkan menjelang kenabian,yaitu adanya sebuah batu yang mengucapkan salam kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
TRIBUNSUMSEL.COM -- Sirah Nabawiyah, Kisah Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, ditandai mimpi dan menerima wahyu.
Sirah Nabawiyah Nabi Muhammad SAW, artinya adalah kisah perjalanan atau rekaman sejarah perjalanan hidup nabi terakhir Muhammad SAW dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa, saat menerima wahyu, saat berdakwah hingga sampai beliau wafat.
Kali ini kisah yang akan dibahas adalah kapan nabi Muhammad diangkat sebagai Rasul Allah? Berikut penjelasan singkatnya.
Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul ditandai dengan menerima wahyu surah Al 'Alaq ayat 1-5 di Gua Hira. Ketika itu usia Nabi Muhammad 40 tahun.
Peristiwa kapan diangkat menjadi rasul diyakini para sahabat dan ulama terjadi pada 17 Ramadhan 610 M.
Di antara peristiwa manakjubkan menjelang kenabian,yaitu adanya sebuah batu yang mengucapkan salam kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Peristiwa ini diceritakan sendiri oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim (4/1782) :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْرِفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُبْعَثَ إِنِّي لَأَعْرِفُهُ الْآنَ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sungguh aku mengetahui, ada sebuah batu di daerah Mekkah, yang dia itu mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diangkat menjadi Rasul. Aku sungguh mengetahuinya sekarang.”
Ketika menjelaskan hadits ini, Imam Nawawi mengatakan, di dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang salah satu mu’jizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Aisyah Radhiyallahu anha menceritakan, peristiwa menjelang kenabian dan saat wahyu pertama diturunkan melalui Malaikat Jibril Alaihissallam , ia Radhiyallahu anha mengatakan[1]: “Peristiwa yang mengawali turunnya wahyu kepada Rasulullah, yaitu mimpi yang benar dalam tidur. Beliau tidak memimpikan sesuatu, kecuali mimpi itu datang bagaikan cahaya Subuh”.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam suka berkhalwat (menyendiri), bertempat di dalam Gua Hira. Disanalah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertahannuts (yaitu beribadah) selama beberapa malam sebelum pulang ke keluarganya dan mengambil bekal lagi untuk beribadah, kemudian kembali lagi ke Khadijah, serta mengambil bekal lagi untuk itu. Peristiwa ini berulang terus sampai al haq datang kepadanya. Namun tidak ada riwayat yang menjelaskan cara beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam beribadah pada waktu itu.
Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan :
اقْرَأْ قَالَ مَا أَنَا بِقَارِئٍ قَالَ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي
“Bacalah !”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Saya tidak bisa membaca,” beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,”Lalu Malaikat Jibril merangkulku, sampai aku merasa kepayahan, kemudian dia melepasku dan mengatakan : “Bacalah!”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Saya tidak bisa membaca,” dia merangkulku untuk kali kedua, sampai aku merasa kepayahan, kemudian dia melepasku dan mengatakan,”Bacalah!”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Saya tidak bisa membaca,” dia merangkulku untuk ketiga kalinya, sampai aku merasa kepayahan, kemudian dia melepasku, dan mengatakan :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ﴿١﴾ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ﴿٢﴾ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ﴿٣﴾ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ﴿٤﴾ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿٥﴾ كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَىٰ
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [al ‘Alaq/96 : 1-5].
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang dengan hati gemetar. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke Khadijah binti Khuwailid dan berseru : “Selimuti aku! Selimuti aku!” Kemudian beliau diselimuti sampai rasa takutnya hilang.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan apa yang dialaminya kepada Khadijah, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Aku mengkhawatirkan diriku sendiri.”
Khadijah berkata seraya menghibur : “Sama sekali tidak. (Bergembiralah), demi Allah! Allah Azza wa Jalla tidak akan membinasakanmu selama-lamanya. Karena engkau menyambung tali silaturrahim, (berkata jujur), menghormati tamu, mampu menahan beban (tidak berkeluh-kesah), membantu orang tidak punya, serta menolong duta-duta kebenaran”.
Lalu Khadijah membawanya mendatangi Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uza, sepupu Khadijah, yaitu anak dari saudara bapaknya. Pada masa jahiliyah, Waraqah ini penganut agama Nashrani. Dia bisa menulis kitab dalam bahasa Ibrani. Dia menulis Injil dalam bahasa Ibrani, sesuai dengan kehendak Allah. Dia sudah lanjut usia dan buta.
Khadijah berkata kepadanya : “Wahai, anak pamanku (sepupuku). Dengarkanlah cerita dari anak saudaramu ini,” Waraqah menyahut,”Wahai, anak saudaraku! Apa yang engkau lihat?”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai menceritakan apa yang dilihatnya. Setelah mendengar cerita itu, Waraqah berkata : “Ini adalah an Namus yang pernah turun kepada Nabi Musa Alaihissallam. Seandainya aku masih muda saat itu, seandainya aku masih hidup dikala engkau diusir oleh kaummu,” (mendengar ini) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,”Apakah mereka akan mengusirku?”
Waraqah menjawab,”Ya. Tidak ada seorang pun yang datang membawa seperti yang apa engkau bawa, kecuali dia akan dianiaya. Seandainya aku masih mendapatkan zamanmu, pasti aku akan benar-benar menolongmu,” dan tak lama kemudian Waraqah meninggal. (HR Imam Bukhari, no. 6982).[6]
Hadits yang panjang ini menjelaskan :
Iqra’ (QS al Alaq ayat 1-5) merupakan bagian dari al Qur`an yang pertama kali turun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Peristiwa ini terjadi saat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 40 tahun. Sedangkan riwayat yang menyatakan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu saat usia empat puluh tiga tahun adalah riwayat yang sadz (riwayat dari orang tsiqah, namun menyelisihi riwayat dari orang-orang yang lebih tsiqah). Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Imam an Nawawi dan Imam Ibnu Hajar al Asqalani. (Lihat ash Shirat an Nabawiyah ash Shahihah, hlm. 124).
Turunnya wahyu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan peristiwa yang tidak disangka-sangka. Oleh karena itu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasakan ketakutan teramat sangat.
Sikap Khadijah dalam menenangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membantunya untuk mengetahui hakikat dari kejadian tersebut.
Menunjukkan kadar pengetahuan Waraqah tentang para nabi dan peringatannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kejadian-kejadian yang dialaminya. Juga menjelaskan tentang keinginannya untuk membantu dan mendukung Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Proses Turunnya Wahyu Alquran
Driwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menerima wahyu-wahyu Allah yang kemudian terkumpul menjadi Alquran dalam beberapa cara.
Pertama, terdengar seperti suara lonceng yang berbunyi keras dan dikatakan bahwa ini cara paling berat bagi Rasulullah.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Muzzammil ayat 5:
إِنَّا سَنُلْقِى عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
Artinya:" Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat."
Kedua, dikatakan bahwa Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW dalam keadaan seperti manusia biasa, menyerupai seorang laki-laki.
Ini terjadi pada wahyu pertama dan beberapa wahyu berikutnya.
Jibril mendatangi dengan berkata iqra` bismi rabbikallażī khalaq khalaqal-insāna min 'alaq iqra` wa rabbukal-akram allażī 'allama bil-qalam 'allamal-insāna mā lam ya'lam (QS Al 'Alaq: 1-5).
Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur. Sebagaimana Dia berfirman:
وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
Artinya: "Al-Qur'an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya secara bertahap." (QS Al Isra: 106)
Dalam proses turunnya wahyu tersebut, terdapat selang waktu beberapa hari antara wahyu pertama dan wahyu berikutnya.
Abdurrahman bin Abdul Karim mengatakan dalam Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya, Nabi Muhammad SAW menganggap selang waktu tersebut sebagai tanda bahwa wahyu telah terputus.
Terputusnya wahyu tersebut terjadi setelah tiga wahyu pertama, yakni 5 ayat surah Al 'Alaq, 9 ayat surah Al Qalam, dan 10 ayat surah Al Muzzammil (pendapat lain menyebutnya ada sepuluh wahyu).
Kondisi tersebut membuat Rasulullah SAW bersedih. Setelah sekian lama wahyu terputus pada awal periode Mekkah, beliau begitu ingin bertemu dengan Jibril. Menurut riwayat Imam Bukhari, Jabir bin Abdullah al-Anshari berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang masa-masa turunnya wahyu.
"Ketika tengah berjalan, aku mendengar suara dari langit. Aku menengadahkan pandanganku, ternyata sosok malaikat yang datang kepadaku di Gua Hira tengah duduk di atas kursi di antara langit dan bumi. Aku pun merasa takut padanya dan bergegas pulang. Aku berkata, 'Selimutilah aku!' Allah lalu menurunkan firman-Nya, 'Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan! Agungkanlah Tuhanmu, bersihkan pakaianmu, dan tinggalkan perbuatan dosa (menyembah berhala)'" (QS Al Muddatstsir: 1-5).
Menurut Ibnu Ishaq, setelah itu wahyu terputus dari Nabi Muhammad SAW hingga beliau bersedih. Kemudian, Jibril datang dengan membawa surah Ad Dhuha.
Proses turunnya wahyu berangsur-angsur sampai jarak 23 tahun sambil terus menerus nabi berjuang dan berdakwah.
Itulah Sirah Nabawiyah, Kisah Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, ditandai mimpi dan menerima wahyu.
Baca juga: Sirah Nabawiyah Sejarah Singkat Perjalanan dan Cara Nabi Muhammad Berdakwah di Mekah dan Madinah
Baca juga: Kisah Nabi Muhammad Menerima Wahyu Pertama dari Allah di Gua Hira, Perintah "Bacalah" Surat Al Alaq
Baca juga: Kisah Singkat Nabi Muhammad SAW di Masa Kecil, Remaja, Dewasa hingga Menikah dengan Siti Khadijah
Baca juga: Arti Maulid, Maulud, Maulidan Nabi, Dalil, Sejarah dan Hikmah yang Bisa Dipetik Umat Muslim
sirah nabawiyah nabi muhammad
isi wahyu pertama nabi muhammad
cerita nabi muhammad mendapat wahyu pertama kali
kapan nabi muhammad SAW diangkat menjadi rasul
umur berapakah nabi muhammad diangkat menjadi rasu
nabi muhammad diangkat menjadi rasul ditandai deng
Nabi Muhammad SAW
Tribunsumsel.com
Tribunnews.com
proses turunnya wahyu Alquran
Doa Sujud Sahwi Lengkap Tulisan Arab, Latin dan Terjemahan Indonesia |
![]() |
---|
Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Bulan Agustus 2025 - Safar 1447 H Beserta Bacaan Niatnya |
![]() |
---|
Lafal Doa Sebelum dan Sesudah Baca Surat Yasin Malam Jumat, Lengkap Mudah Diamalkan |
![]() |
---|
Bacaan Surat Yasin Latin Mudah Dibaca Lengkap Artinya PDF, Ayat 1- 83 |
![]() |
---|
Teks Khutbah Jumat Bahasa Jawa Tentang Hari Kemerdekaan, Tersedia File PDF |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.