Berita OKI

Tradisi Adat Pernikahan di Kayuagung OKI, Calon Pengantin Wajib Bawa Dodol dan Wajik

Dalam pernikahan adat Kecamatan Kayuagung, Ogan Komering Ilir setiap calon pengantin diminta membawa seserahan wajik dan dodol.

Penulis: Winando Davinchi | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/WINANDO DAVINCHI
Dalam tradisi pernikahan adat Kecamatan Kayuagung, Ogan Komering Ilir setiap calon pengantin diminta membawa seserahan wajik dan dodol. Perajin dodol dan wajik saat membuat penganan pesanan pelanggan, Kamis (27/7/2023). 

TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG - Moment pernikahan terkandung budaya dan adat istiadat di dalamnya selalu menarik untuk dibahas. Apalagi, mengingat di Indonesia memiliki ragam kebudayaan sehingga terdapat pula ragam adat pernikahan.

Tak hanya busana dan adat istiadat yang berbeda, sajian makanan di setiap pernikahan ternyata juga berbeda dan mengandung makna tersendiri.

Dalam pernikahan adat Kecamatan Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir ada beberapa makanan yang wajib ada karena memiliki makna dan doa tertentu.

Makanan yang menjadi syarat seserahan (hantaran) saat proses lamaran dan pernikahan bagi calon kedua pengantin adalah makanan yang terbuat dari beras ketan yaitu wajik dan dodol.

"Makanan ini memang diwajibkan sebagai seserahan bagi warga yang tinggal di Kayuagung (Kabupaten Ogan Komering Ilir) dan Sungai Pinang (Kabupaten Ogan Ilir)," kata Sarni pembuat dodol dan wajik di Simpang Desa Celikah pada Kamis (27/7/2023) sore.

Baca juga: Ketubean Panen Ikan Mabuk di Empat Lawang, Warga Bawa Kail Hingga Ember Turun ke Sungai Musi

Menurutnya makanan yang memiliki proses memasak cukup lama antara 5 sampai 7 jam ini. Memiliki makna supaya hubungan keluarga dapat bertahan lama atau menjadi langgeng.

"Selain itu sifat beras ketan yang lengket, diharapkan bisa menjadi pelajaran bagi setiap pengantin agar keduanya juga senantiasa lengket atau memiliki hubungan erat yang sulit untuk dipisahkan," tambahnya.

Masih kata di, acap kali setiap pengantin diminta membawa seserahan wajik dan dodol masing-masing sebanyak 3 sampai 5 kilogram.

"Kalau untuk harga jualnya per kilogram dipatok Rp 50.000. Kalaupun pemesan mau sekalian kotak yang didekorasi, maka harga jual naik jadi Rp 60.000 perkilogram," tutur dia.

Selain sebagai makanan untuk seserahan, Sarni menyebut dodol dan wajik ini juga menjadi cemilan yang wajib saat hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha.

Setiap rumah warga Kayuagung dan Sungai Pinang, selalu tersaji kedua jenis makanan tersebut.

"Benar, hampir sebagian besar rumah di sini menghidangkan wajik dan dodol. Sama kaya bolu maksuba, kue 8 jam, dan lapis legit," terang wanita asal Kayuagung ini.

Maka dari itu, setiap menjelang hari raya besar dirinya selalu kebanjiran order pesanan dari pelanggan.

"Biasanya dua minggu jelang lebaran order sudah banyak masuk. Untuk pekerja ada 10 pegawai membantu proses pembuatan,"

"Rata-rata pesanan yang masuk menjelang lebaran bisa menyentuh 1 ton lebih," tukasnya.

Baca berita lainnya langsung dari google news

Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved