Istri Meninggal Melahirkan di Muratara

Kisah Pilu Suami di Muratara Kehilangan Istri dan Calon Bayi, Istri Pecah Ketuban, Bidan Malah Tidur

Kisah pilu Lika Santosa suami di Kabupaten Muratara, di saat istrinya sudah pecah ketuban hendak melahirkan, bidannya malah mau tidur dulu.

Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Vanda Rosetiati
DOK TRIBUN SUMSEL/TANGKAP LAYAR MEDIA SOSIAL
Kisah pilu Lika Santosa suami di Kabupaten Muratara kehilangan istri dan calon bayi, di saat istrinya sudah pecah ketuban hendak melahirkan, bidannya malah mau tidur dulu. Curhat ini viral di media dan mendapat respon berbagai pihak, Senin (29/5/2023). 

TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA - Kisah sedih suami di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), di saat istrinya sudah pecah ketuban hendak melahirkan, bidannya malah mau tidur dulu.

Kisah memilukan dialami seorang suami bernama Lika Santosa, warga Desa Pauh 1, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Muratara, Sumsel.

Istrinya yang hendak melahirkan di Puskesmas Pauh, diduga tidak mendapat pelayanan dengan baik oleh bidan di pusat kesehatan itu.

Hingga akhirnya istri dan calon bayinya yang masih dalam kandungan meninggal dunia.

Padahal, itu adalah anak pertamanya, dari buah pernikahan mereka pada tanggal 13 Maret 2022 lalu.

Lika Santosa pun curhat di medsos Facebook milik pribadinya hingga viral di jagat maya.

Baca juga: Terungkap, Dalang Hingga Motif Perampokan dan Pembunuhan Tauke Sawit di Banyuasin

Dia memposting curhatannya itu di medsos Minggu (28/5/2023) tadi malam.

Kepada TribunSumsel.com, Senin (29/5/2023), Lika Santosa menceritakan kejadian tersebut terjadi 20 hari yang lalu, pada Selasa 9 Mei 2023.

Bermula, istrinya yang hendak melahirkan masuk ke Puskesmas Pauh sekitar pukul 22.00 WIB malam.

Istrinya bernama Agustika langsung mendapat pelayanan dari petugas Puskesmas dengan dipasangkan oksigen.

"Dipasang oksigen, nunggu, katanya nanti, nanti. Sekitar jam satu setengah air ketubannya pecah. Jam dua belum juga lahir," kata Lika Santosa.

Di ruangan persalinan tersebut, ada dua bidan dan seorang perawat yang menangani istrinya.

Lika Santosa bersama ibu mertuanya atau orangtua dari istrinya juga turut mendampingi.

Hingga dini hari itu sekitar pukul 03.00 WIB, istrinya belum juga melahirkan.

Kemudian, istrinya ditinggal di ruangan persalinan oleh bidan dan perawat tadi dengan alasan hendak tidur dulu sebentar.

"Sekitar jam tiga itu, dia ngomong ngantuk, mau tidur sebentar, mereka ke ruangan depan, bertiga itu lari semua, tidak ada satu pun yang jaga istri saya.

Di ruangan persalinan itu cuma ada saya, ibu mertua saya, sama bidan kampung. Saya lihat kondisi istri saya agak melemah terus," kata Lika Santosa.

Dia kemudian keluar dari ruangan persalinan itu menuju tempat bidan dan perawat yang mengatakan hendak tidur dulu tadi.

Lika Santosa menggedor pintu ruangan bidan dan perawat itu untuk menanyakan keseriusan mereka menangani istrinya.

"Saya tanya kenapa, apa tidak mau ngurus, apa tidak mau ngasih rujukan, saya cemas lihat kondisi istri saya. Apalagi dari jam satu tadi sudah pecah ketuban sampai jam tiga belum lahir.

Harusnya mereka cepat-cepat ngasih rujukan kalau satu jam saja sudah pecah ketuban belum lahir, ini malah lari ke ruangan mau tidur dulu tadi," ujar Lika Santosa.

Usai dia menggedor sambil sedikit emosi karena panik, dua bidan dan seorang perawat tadi kembali ke ruangan persalinan istrinya.

Kata Lika Santosa, mereka mengusir ibu mertuanya karena dianggap tidak bisa membantu persalinan, padahal itu orangtua kandung istrinya yang seharusnya tetap mendampingi.

"Ibu mertua saya diusirnya, dia ngomong ibu tidak bisa bantu di dalam, ibu keluar saja. Terus saya mau masuk ke dalam ruangan itu ternyata dikunci dari dalam, saya pasrah saja," katanya.

Lika Santosa menyayangkan lambannya pihak Puskemas Pauh memberikan rujukan ke rumah sakit.

Baru sekitar pukul 04.00 subuh, bidan dan perawat tadi menghubungi bidan senior di Puskesmas Pauh untuk konsultasi.

"Jam empat itu baru dia nanya ke bidan senior apa mau dilakukan tindakan rujukan. Bidan senior itu ada di rumah. Baru setelah jam lima itu berangkat dirujuk ke rumah sakit AR Bunda (di Kota Lubuklinggau)," cerita Lika Santosa.

Kisah memilukan itu tak cukup sampai di situ, di tengah perjalanan ke Kota Lubuklinggau, ambulans yang membawa istrinya mengalami kendala.

Sebagaimana diketahui perjalanan dari Puskesmas Pauh ke Kota Lubuklinggau membutuhkan waktu lebih kurang 4 jam kendaraan mobil.

"Di jalan ada masalah, mobil ambulans tersiring, kami meminjam mobil pribadi orang desa. Kondisi istri saya makin parah, kami mampir di Puskesmas Karang Jaya," kata Lika Santosa.

Istrinya sempat ditangani petugas kesehatan di Puskesmas Karang Jaya, lalu langsung dilarikan menggunakan ambulan Puskesmas tersebut.

Nahas, saat tiba di rumah sakit AR Bunda Lubuklinggau setelah diberikan pertolongan dengan berbagai cara, nyawa istrinya dan bayi dalam kandungan tak bisa diselamatkan.

"Pas keluar dari ambulans itu istri saya kumat lagi, tangannya kejang-kejang, matanya menjelit, dibawa masuk ke ruangan IGD AR Bunda, dipasang oksigen, dibantu dengan segala cara, tidak sampai lima menit (meninggal)," cerita Lika Santosa.

Dia mengaku sangat kesal dan menyayangkan lambannya pihak Puskemas Pauh memutuskan untuk memberikan rujukan ke rumah sakit.

Hingga akhirnya Lika Santosa harus kehilangan istri dan calon bayinya itu untuk selama-lamanya.

"Yang membuat kesal saya itu kenapa dari jam satu setengah pecah ketuban itu sampai jam lima baru ngasih rujukan kalau memang kesusahan.

Harusnya mereka cepat-cepat ngasih rujukan kalau satu jam saja sudah pecah ketuban belum lahir, ini malah lari ke ruangan katanya mau tidur dulu," kesal Lika Santosa.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Muratara belum bisa menjelaskan duduk perkara dari permasalahan tersebut karena pihaknya masih akan melakukan investigasi terlebih dahulu.

"Kami hari ini turun ke lapangan, ke Puskesmas langsung, kita melakukan investigasi, bagaimana cerita sebenarnya," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Muratara, Tasman Majid, melalui Kabid Pelayanan Kesehatan, Mirwan.

Viral di sosial media curhat seorang suami di Muratara, Sumatera Selatan yang istrinya meninggal saat melahirkan.

Dari curhatan warga Muratara yang diketahui bernama Lika Santosa tersebut, istrinya meninggal duni saat melahirkan diduga karena kelalaian oknum bidan.

Dijelaskan, peristiwa istri meninggal saat melahirkan terjadi di puskesmas Pauh di Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan.

Dalam unggahan facebooknya pada Minggu (28/05/2023), Lika Santosa menyampaikan bahwa sang istri dibawa ke puskesmas Pauh dikarenakan pecah ketuban pada Selasa, 9 Mei 2023 malam.

Namun saat tiba di puskesmas Pauh hingga Rabu 10 Mei 2023 sekitar pukul 01.00 WIB, sang istri belum juga melahirkan.

"Tika/istriku akan melahirkan masuk puskesmas Pauh jam 10 lewat, jam 1 setengah lewat istriku pecah air ketuban, sampai jam 2 belum juga lahir, jam 2 belum juga lahir," tulisnya pada unggahan akun instagram @palembanginside, pada Senin, (29/5/2023).

Mirisnya, setelah beberapa jam menunggu, bidan puskesmas tersebut diduga mengatakan jika ia hendak tidur dahulu.

Hal ini lah yang membuat Lika menyayangkan sikap bidan dan perawat yang menelantarkan istrinya di ruang persalinan.

"Jam 3 lewat bidan ngomong dia mau tidur dulu. Istriku dibiarkan, perawat di ruang persalinan, bidan sama perawat tidur," ungkapnya.

Ia lantas menegur petugas medis di puskesmas tersebut dan meminta segera menangani kondisi istrinya yang semakin lemah.

"Baru mereka keluar, ngomong sama mertuaku di dalam ruang persalinan, katanya bicara aku menyinggung, bahkan mertua yang menemani di ruang persalinan disuruh bidan keluar (kata bidan 'gak bisa bantu keluar aja')" ujar sang suami.

Lebih lanjut, Puskesmas Pauh baru memberikan rujukan ke Rumah Sakit Ar Bunda Lubuklinggau setelah pukul 05.00 WIB.

Namun setelah ke Lubuklinggau, nyawa ibu dan anak tidak dapat ditolong. sang istri dan anaknya pun meninggal dunia.

Atas kejadian tersebut, Lika mengaku keceawa atas kelalaian bidan Puskesmas Pauh yang tak sigap menangani pasiennya.

"Kejadian ini membuat aku measa kecewa sekali dengan kelalaian bidan puskesmas Pauh. Seharusnya jika memang gak bias dilahirkan di puskesmas Pauh, bidan cepat-cepat mengambil tindakan rujukan, bukan teriak nunggu," ungkap Lika.

Ditambah dirinya menyayangkan sikap bidan yang menelantarkan istinya demi mementingkan hal pribadi.

"Bahkan sampai keluar ruangan persalinan ninggalin istriku di dalam, bidan masuk ruangan depan ngomong ngantuk mau tidur sebentar," keluhnya.

"Kejadian ini sebuah kelalaian bidan puskesmas. Memang ajal gak ada yang tahu tapi perawatan bidan itu tidak puas, cuma Allah yang tahu," tandasnya.

Tanggapan Bupati Muratara

Curhatan tersebut pun viral, dan ditanggapi oleh Bupati Muratara, H Devi Suhartoni.

Bupati Muratara H Devi Suhartoni langsung mengomentari keluhan Lika Santosa di facebook.

Ia turut berduka cita dan ikut merasakan kesedihan atas keluarga Lika Santosa.

Selain itu, ia juga sudah meminta dilakukannya investigasi mengenai kejadian itu, sejak seminggu lalu.

"Innalilahiwainalhirojiun , dan saya sudah minta investigasi dari seminggunlalu...Saya juga, merasakan kesedihan keluarga dan sangat empathi akan hal ini,” tulis H Devi Suhartoni dalam kolom komentar.

Unggahan ini pun ramai mendapat atensi dari warganet dan telah disuka sebanyak 281 likes.

"Innalilahi wa innailaihi rojiun tolong Pak Gub @hermanderu67 di bantu warganyo. Usut tuntas kasus ini, minimal Ado tanggung jawab RS utk korban." tulis kyai_budi_keker.

"Usut tuntas dan tolong di pecat tu bidan dan jangan kasih izin dia buka praktek pribadi. Gak pantes di jadikan nakes orang2 kek gitu," ujar Bunda_aisyah09.

"Ya allah.... Hrs di usut tuntas, orang mau lahiran malah di tinggal tidur," ujar "a.fikal26's.

"@hotmanparisofficial @hermanderu67 tolong d bantu bang dan pak gurbernur," ujar "andri_jayanurandri's.

Baca berita lainya di google news

Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved