seputar islam

Arti Hari Tarwiyah dan Hari Arafah Saat Musim Haji, Tanggal Berapa? Berikut Sejarah Penamaannya

Sejarah puasa Arafah sendiri tak lepas dari kisah Nabi Ibarahim AS. Ia mendapat mimpi dari Allah SWT, perintah untuk menyembelih putranya Ismail

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/welly triyono
Arti Hari Tarwiyah dan Hari Arafah Saat Musim Haji, Tanggal Berapa? Berikut Sejarah Penamaannya. 

TRIBUNSUMSEL.COM --Arti Hari Tarwiyah dan Hari Arafah Saat Musim Haji, Tanggal Berapa? Berikut Sejarah Penamaannya.

Saat musim haji, ada istilah Hari Tarwiyah dan Hari Arafah. Hari apakah itu? Berikut penjelasannya.


Hari Tarwiyah


Tanggal 8 di bulan Dzulhijjah disebut dengan hari Tarwiyah. Pada hari ini umat islam yang tidak menjalankan ibadah haji disunnahkan untuk berpuasa.

Imam Fakhruddin Ar-Razi (544-606 H) dalam salah satu masterpiece-nya mengatakan bahwa hari Tarwiyah merupakan hari ke delapan Dzulhijah yang mempunyai makna berpikir atau merenung. Karenanya, hari Tarwiyah identik dengan keadaan berpikir dan merenung tentang peristiwa yang masih dipenuhi keraguan.


Pada hari itu pula, jamaah haji semua melebur menjadi satu, menghilangkan semua perbedaan dunia, dan menghapus segala sisa-sisa kemusyrikan dan kesombongan.

Mereka berkumpul dari segala penjuru dunia sebagai manifestasi diri sebagai hamba Allah yang taat. Mereka yang sudah memenuhi segala ketentuan haji berbondong-bondong untuk memulai ibadah haji pada hari tersebut, dan puncaknya bertepatan pada 10 Dzulhijah.


Sejarah Penamaan Hari Tarwiyah

Hari Tarwiyah identik dengan keadaan berpikir dan merenung tentang peristiwa yang masih dipenuhi keraguan.

Fakhruddin Ar-Razi mengutip beberapa pendapat ulama perihal alasan di balik penamaan hari tersebut dalam kitabnya.

Berikut terjemahannya:

Ada tiga pendapat di balik penamaan hari Tarwiyah, (1) karena Nabi Adam ‘Alaihis Salâm diperintah untuk membangun sebuah rumah, maka ketika membangun, ia berpikir dan berkata:


Tuhanku, sesungguhnya setiap orang yang bekerja akan mendapatkan upah, maka apa upah yang akan saya dapatkan dari pekerjaan ini? Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ menjawab: Ketika engkau melakukan tawaf di tempat ini, maka Aku akan mengampuni dosa-dosamu pada putaran pertama tawafmu. Nabi Adam memohon: Tambahlah (upah)ku.

Allah menjawab: Saya akan memberikan ampunan untuk keturunanmu apabila melakukan tawaf di sini. Nabi Adam memohon, Tambahlah (upah)ku.

Allah menjawab: Saya akan mengampuni (dosa) setiap orang yang memohon ampunan saat melaksanakan tawaf dari keturunanmu yang mengesakan (Allah). (2) Sesungguhnya Nabi Ibrahim Alaihis Salâm bermimpi ketika sedang tidur pada malam Tarwiyah, seakan hendak menyembelih anaknya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved