Seputar Islam

Prinsip dan Peran Pemuda dalam Islam, Nabi Ibrahim Sebagai Contoh Karakter Pemuda Pelopor dan Kritis

Nabi Ibrahim merupakan model remaja atau pemuda yang mempunyai pola pemikiran yang logis dan kritis.

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/lisma
PERAN PEMUDA -- Ilustrasi tentang Prinsip dan Peran Pemuda dalam Islam. 

TRIBUNSUMSEL.COM  — Indonesia hari ini memperingati hari Sumpah Pemuda, hari yang menjadi bagian sejarah besar negara kita hingga bisa kokoh berdiri seperti sekarang, meski banyak halang rintang menghadang.

Ditinjau dari pandangan Islam, Alquran memberikan porsi yang besar tentang anak muda serta mengenai karakter dan peran saat seseorang berada di masa muda. Apa saja ? Berikut penjelasannya.

Simak artikel-artikel Seputar Islam lainnya, di sini.

Mencontoh Karakter Nabi Ibrahim AS di Masa Muda


Penggambaran Alquran mengenai sosok pemuda yaitu seorang yang memiliki sejumlah karakter dalam dirinya, seperti sikap kritis dan kepeloporan. 

Hal ini sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim pada masa mudanya. Allah berfirman dalam surat Al Anbiya ayat 60:

Surat Al-Anbiya Ayat 60
قَالُوا۟ سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبْرَٰهِيمُ

Arab-Latin: Qālụ sami'nā fatay yażkuruhum yuqālu lahū ibrāhīm

Artinya: Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim".

Dikutip dari laman mui.or.id,  merujuk pada “Al-Qur’an dan Tafsirnya” terbitan Kementerian Agama, menjelaskan bahwa peristiwa di atas terjadi ketika Nabi Ibrahim berusia 16 tahun dan belum diutus sebagai rasul. Tindakannya tersebut timbul dari dorongan kepercayaannya kepada Allah, yang didasari petunjuk kepada kebenaran yang telah dilimpahkan Allah kepadanya.

Karakter lain dari Ibrahim muda yang dikemukakan Alquran merupakan sikap lemah lembut. Meskipun ia tidak berhasil meyakinkan ayahnya untuk bertauhid, namun ia tetap memperlihatkan rasa hormat, sayang, dan kelembutan pada sang ayah.

Nabi Ibrahim merupakan model remaja atau pemuda yang mempunyai pola pemikiran yang logis dan kritis. Karenanya, dengan semangat idealismenya, ia menghancurkan berhala kaumnya, kecuali satu berhala yang paling besar.

Kejadian tersebut terekam pada jawaban Nabi Ibrahim saat ditanya mengenai hancurnya berhala rezim yang berkuasa dj Babilonia pada surat Al Anbiya ayat 63-64:

Yang Artinya:
“Dia (Ibrahim) menjawab, “Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara. Maka mereka kembali kepada kesadaran mereka dan berkata, “Sesungguhnya kamulah yang menzalimi (diri sendiri).”

Menurut Syekh Ali As-Shabuni dalam Shafwatut Tafasir, jawaban Ibrahim telah mengembalikan kaumnya kepada pemikiran yang rasional. Kemudian mereka berkata kepada sesama mereka, “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri) dengan menyembah benda-benda yang tidak dapat berbicara.”

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved