Berita Nasional

Identitas 4 Prajurit TNI yang Gugur Usai Diserang KKB di Nduga, Sempat Hilang Usai Kontak Senjata

Identitas 4 Prajurit TNI yang sempat hilang pasca kontak senjata dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua ditemukan meninggal dunia.

Kolase/Tribuntimur/Tribunpekanbaru
Ilustrasi Penyerangan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Empat Prajurit TNI yang sempat hilang pasca kontak senjata dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua ditemukan meninggal dunia.

Sebelumnya diketahui, KKB melakukan penyerangan terhadap 36 prajurit TNI dari Satgas Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 321.

Tindakan itu terjadi saat TNI melakukan operasi pencarian pilot Susi Air, Philips Mark Mahrtens (37), Sabtu (15/4/2023) sore.

"Puji syukur berkat dukungan, support dan doa dari semua pihak, bahwa Tim Gabungan TNI Polri berhasil menemukan 4 Prajurit TNI," kata Kapendam XVII/Cenderwasih, Kolonel Kav Herman Taryaman, Rabu (19/4/2023) malam, dikutip dari TribunPapua.com.

Baca juga: Cerita Prajurit TNI ke Panglima TNI Saat Diserang Di Mugi Nduga, KKB Pakai Tameng Ibu dan Anak

 

Herman mengatakan, empat prajurit yang ditemukan tewas tersebut termasuk Pratu Miftahul Arifin.

"Termasuk di dalamnya Pratu Miftahul Arifin yang dalam proses pencarian dengan kondisi meninggal dunia."

Empat prajurit yang ditemukan itu, kata Herman, atas nama Pratu A, Pratu I, Pratu K dan Prada S.

Mereka ditemukan meninggal dunia dan kini berhasil dievakuasi ke RSUD Timika Kabupaten Mimika.

Jenazah dievakuasi pada Rabu (19/4/2023) malam sekira pukul 18.45 WIT di heliped Lanud Yohanis Kapiyau Timika.

"Saat ini keempat prajurit yang gugur tesebut telah dievakuasi ke RSUD Timika Kabupaten Mimika," ujarnya.

Aparat gabungan TNI-Polri juga diketahui telah berhasil mengevakuasi 16 prajurit selamat.

Sehingga total prajurit TNI yang berhasil dievakuasi berjumlah 20 orang, empat diantaranya meninggal dunia.

Pratu Miftahul Arifin Jatuh ke Jurang 15 meter

Sebelumnya, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menyebut satu prajurit gugur atas nama Pratu Miftahul Arifin tewas ditembak KKB hingga jatuh ke jurang sedalam 15 meter.

Serangan ini dilakukan KKB terhadap 36 prajurit TNI dari Satgas Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 321s aat melakukan operasi pencarian pilot Susi Air, Philips Mark Mahrtens (37), Sabtu (15/4/2023) sore.

"Salah satu ada yang jadi korban atas nama Pratu Miftahul Arifin, jatuh ke jurang 15 meter," ujar Yudo, Selasa (18/4/2023), dikutip dari YouTube Puspen TNI.

Baca juga: Erick Thohir Bakal Sanksi Harry Warganegara Dirut PT Berdikari Bawa Pistol : Saya Menteri Gak Bawa

Profil Pratu Miftahul Arifin Gugur Baku Tembak dengan KKB Papua, Tinggalkan Istri & Anak 2 Tahun
Profil Pratu Miftahul Arifin Gugur Baku Tembak dengan KKB Papua, Tinggalkan Istri & Anak 2 Tahun (Kolase Tribun Sumsel)

Tak hanya itu, kata Yudo, lima prajurit TNI juga ikut menjadi korban luka karena serangan KKB tersebut.

Kelima korban luka tersebut, kata Yudo, sudah berhasil dievakuasi dan saat ini tengah menjalani perawatan di rumah sakit.

"Sampai saat sudah lima personil yang kena tembak, tadi sudah dievakuasi di Timika dan tadi saya sudah lihat sendiri mereka dibawa."

"Kondisinya semuannya sehat, dari helikopter mereka bisa jalan menuju ambulans untuk menjalani perawatan di rumah sakit di Timika," ujar Yudo.

Status Operasi Dinaikkan Jadi Siaga Tempur

Buntut penyerangan tersebut, Yudo pun mengambil langkah tegas untuk meningkatkan status operasi menjadi siaga tempur.

Yudo menyebut, dalam upaya penyelamatan pilot Susi Air pihaknya melaksanakan operasi penegakan hukum dengan pendekatan halus atau soft approach.

Namun, melihat situasi ini dirinya pun memutuskan untuk mengubah operasi itu menjadi siaga tempur.

"Kita tetap melaksanakan operasi penegakan hukum dengan soft approach tetap kita mendahulukan itu, dari awal saya sampaikan itu."

"Tapi tentunya dengan kondisi yang seperti ini, khususnya di daerah tertentu, kita ubah menjadi operasi siaga tempur,” kata Yudo.

Meski dilakukan peningkatan operasi militer, pendekatan soft approach dan humanis yang diwujudkan dalam operasi teritorial dan komunikasi sosial di Papua terus berlanjut.

"Selama ini kan kita operasi teritorial, komunikasi sosial tetap dilaksanakan, tapi kalau menghadapi seperti ini kita harus melaksanakan siaga tempur," tegasnya.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved