Berita Ogan Ilir

3 Pondok Pesantren Tertua di Ogan Ilir, Ada yang Sudah Berdiri Lebih Dari 100 Tahun

Tiga Ponpes tertua di Kabupaten Ogan Ilir bahkan ada yang sudah berdiri lebih dari 100 tahun, dikutip dari data Disporapar OI.

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Vanda Rosetiati
Dok Disporapar Kabupaten Ogan Ilir.
Bangunan Ponpes Al Ittifaqiah Indralaya satu di antara 3 Ponpes tertua di Ogan Ilir dilihat dari udara. 

TRIBUNSUMSEL.COM, INDRALAYA - Kabupaten Ogan Ilir salah satu daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan yang beribukota di Indralaya sejak lama dikenal sebagai kota santri.

Bukan tanpa alasan jika Ogan Ilir disebut kota santri karena memang ada sejumlah pondok pesantren berdiri di kabupaten ini dan menjadi pusat pendidikan agama Islam di Sumsel.

Tribunsumsel merangkum tiga pondok pesantren (Ponpes) tertua di Kabupaten Ogan Ilir bahkan ada yang sudah berdiri lebih dari 100 tahun, dikutip dari data Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) OI.

1. Ponpes Al Ittifaqiah Indralaya

Ponpes Al Ittifaqiah adalah salah satu dari lembaga pendidikan Islam di Ogan Ilir yang memiliki visi "Rahmatan lil alamin" yang bercirikan Alquran.

Ponpes Al Ittifaqiah sudah berdiri lebih dari 100 tahun.

Prestasi dari para alumni pesantren ini antara lain perlombaan MTQ, STQ, tahfiz, karya tulis ilmiah dan seni olahraga.

Tenaga pengajar di pesantren ini rata-rata mendapat beasiswa S2 di Universitas Duisburg-Essen Jerman, IPB, ITB, UI, UIN Jakarta, UIN Bandung, UIN Semarang dan UIN Palembang serta beasiswa S3 di Universitas Negeri Yogyakarta.

Pada tahun 1918, KH Ishak Basin, seorang lulusan Al Azhar di Kairo, Mesir, mengadakan pengajaran ilmu-ilmu kitab-kitab kuning yang beliau pelajari dari Mesir di rumah beliau di Sakatiga, Kecamatan Indralaya.

Pada tahun 1922 pengajaran tersebut dijadikan pendidikan formal setingkat Madrasah Ibtidaiyah.

Pada tahun 1942, madrasah ini terbakar dan tutup, lalu pada tahun 1949, atas prakarsa KH Ahmad Qori, madrasah ini dibuka kembali dengan nama Sekolah Menengah Islam Sakatiga.

Dan pada tahun 1962, berubah nama menjadi Madrasah Menengah Atas Sakatiga.

Pada tahun 1967, madrasah berpindah ke Indralaya dan berubah nama menjadi MAN Sakatiga dan MTS Sakatiga.

Lalu pada tahun 1969 didirikanlah Yayasan Perguruan Islam Al-Ittifaqiah dan dikenal Ponpes Al Ittifaqiah hingga sekarang.

2. Ponpes Nurul Islam Seri Bandung

Pesantren ini didirikan pada tahun 1932 oleh KH. Anwar bin Kumpul, di mana awalnya beliau menuntut ilmu ke Mekkah.

Ketika kembali ke Ogan Komering Ilir (sekarang Ogan Ilir), beliau mengadakan pengajian-pengajian yang akhirnya menjadi sebuah madrasah yang dikenal sekarang yaitu Sekolah Nurul Islam lalu menjadi pondok pesantren hingga sekarang.

Ponpes yang berlokasi di Desa Seri Bandung, Kecamatan Tanjung Batu ini pada awalnya didirikan dengan konsep bangunan benar-benar sebuah pondok.

Dibayangkan sebagai sebuah pondok, dengan dinding papan, atap rumbia, pintu dan jendela kayu serta bertiang dan memiliki tangga.

Sampai saat ini, bangunan pondok yang asli ini masih dipertahankan beberapa buah untuk mempertahankan nilai sejarah dan keunikan ponpes ini di masa lalu.

Pada tahun 1958, sebuah bangunan madrasah didirikan, dengan desain khusus oleh KH. Anwar sendiri.

Bangunan ini masih berdiri sampai sekarang, namun sudah mulai kusam.

Ciri-ciri bangunan lamanya masih ada antara lain genteng khas pada tahun 1950-an, dinding papan yang bersusun rapi serta bangku sekolah lama yang masih bertahan.

Dahulu, karena ponpes ini adalah satu-satunya, pelajarnya berasal dari Lampung, Aceh, Bengkulu, Jambi, Lubuklinggau, Pagaralam, Bangka, bahkan dari luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

Namun saat ini karena sudah banyak berdiri ponpes modern, jumlah siswa yang masih nyantri kurang lebih 3 ribu orang yang berasal dari kabupaten sendiri dan beberapa kota lainnya.

3. Ponpes Raudhatul Ulum Sakatiga

Ponpes Raudhatul Ulum Sakatiga adalah lembaga pendidikan Islam yang dikelola oleh Yayasan Perguruan Islam Raudhatul Ulum Sakatiga.

Lokasinya berada di Desa Sakatiga, Kecamatan Indralaya.

Pada 1 Agustus 1950, Pondok Umat Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga didirikan, yang merupakan estafet perjuangan dari dua madrasah sebelumnya.

Yaitu Madrasah Al Falah tahun 1930 yang didirikan oleh KH. Abd Ghani Bahri dan Madrasah Al Shibyan tahun 1936 yang didirikan oleh Kyal Abd. Rahim Mandung dan KH. Abdullah.

Sejarah perkembangan Ponpes Raudhatul Ulum dari embrio hingga keberadaannya saat ini, melalui tiga fase.

Era cikal-bakal tahun 1930 hingga 1950, era lanjutan perjuangan tahun 1950 hingga 1986 dan era penyempurnaan serta pengembangan pada tahun 1986 sampai dengan sekarang.

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan, Ponpes Raudhatul Ulum sudah menyiapkan secara bertahap sejumlah sarana dan prasarana pendukungnya.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang digariskan, Ponpes Raudhatul Ulum menerapkan Sistem Pendidik Islam Terpadu dan Berkesinambungan.

Secara formal, para santri-santriwati dibina melalui jalur madrasah atau sekolah yang dikelola oleh pengurus, wali kelas dan dewan guru yang profesional, alumni perguruan tinggi dalam dan luar negeri.

Waktu di luar jam formal dimanfaatkan untuk pengembangan minat dan bakat dalam wadah ekstrakurikuler yang dibagi sesuai dengan bidang pilihan santri.

Pembinaan di asrama yang dikelola oleh bagian kesiswaan, difungsikan sebagai pengawasan dan pemantauan santri dalam proses penerapan ilmu dan latihan amal Islami dalam kehidupan sehari-hari.

Baca berita lainnya langsung dari google news

Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved