Berita Muratara

Tradisi Basale Suku Anak Dalam di Muratara, Ritual yang kini mulai Ditinggalkan

Tradisi Basale atau besale Suku Anak Dalam di Muratara, Ritual yang kini mulai ditinggalkan

Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Yohanes Tri Nugroho
TRIBUNSUMSEL.COM/RAHMAT
Japarin selaku ketua adat Suku Anak Dalam di Desa Sungai Jernih, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara, Sumsel 

Laporan Wartawan TribunSumsel.com, Rahmat Aizullah 


TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA - Mengenal tradisi Basale atau Besale Suku Anak Dalam (SAD) di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara).

Basale merupakan tradisi Suku Anak Dalam (SAD) di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara)  untuk menyembuhkan orang sakit. 

Namun sering perkembangan zaman dan teknologi, tradisi yang diturunkan nenek moyang mereka terdahulu itu perlahan mulai ditinggalkan. 

Apalagi mereka saat ini sudah berbaur dengan masyarakat biasa, dan dianjurkan untuk berobat ke fasilitas kesehatan yang dibangun pemerintah. 

"Dulu memang kalau ada orang sakit maka orang tua kami mengadakan upacara atau ritual Basale namanya," kata ketua adat Suku Anak Dalam di Desa Sungai Jernih, Japarin. 

Dia mengatakan, ritual Basale dilakukan untuk mengusir roh jahat dalam tubuh orang yang sakit. 

Tradisi tersebut dilaksanakan secara beramai-ramai oleh warga Suku Anak Dalam melalui upacara adat. 

Namun tradisi Basale saat ini tidak pernah dijumpai lagi di kalangan keturunan warga Suku Anak Dalam, karena pemerintah menganjurkan mereka berobat di layanan kesehatan. 

Sejak warga Suku Anak Dalam meyakini berobat di Puskesmas atau rumah sakit bisa sembuh, akhirnya tradisi Basale perlahan mulai ditinggalkan. 

"Sekarang kami berobat ke Puskesmas, ke rumah sakit, jadi Basale tidak ada lagi, paling kita pakai obat-obatan tradisional masih, tapi kalau upacaranya tidak ada lagi," ujar Japarin. 

Sementara itu, tokoh pemuda pemerhati Suku Anak Dalam, Supandri menuturkan sekelompok warga yang dulunya disebut Orang Rimba' itu kini bisa bersosialisasi dengan orang-orang selain dari komunitasnya.

Baca juga: 8 Terdakwa Kasus Dana Hibah Bawaslu Muratara Divonis Rendah, JPU Kejari Lubuklinggau Ajukan Banding

Mereka sudah berkehidupan seperti masyarakat pada umumnya, baik dari segi berpakaian, berinteraksi, dan lain sebagainya.

"Sekarang kehidupan mereka sudah modern, di antara mereka ada yang punya smartphone, sepeda motor bahkan mobil, kemudian anak-anak mereka juga sudah sekolah, tidak di hutan lagi," katanya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved