Berita OKI
Kisah Putri Seriang Kuning, Makamnya Diyakini Tertua dan Terpanjang di Kabupaten OKI
Petilasan atau makam Seriang Kuning yang berada di Kelurahan Kedaton, Kecamatan Kayuagung konon diyakini sebagai makam tertua dan terpanjang di OKIm
Penulis: Winando Davinchi | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM, OKI - Kisah Putri Seriang Kuning, Makamnya Diyakini Tertua dan Terpanjang di Kabupaten OKI.
Petilasan atau makam Seriang Kuning yang berada di Kelurahan Kedaton, Kecamatan Kayuagung konon diyakini sebagai makam tertua dan terpanjang di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Lantas siapakah sosok tokoh tersohor dari Seriang Kuning ?
Berikut kisahnya yang dipercaya sebagai salah satu catatan sejarah masyarakat Kayuagung.
Meski para tokoh tersebut hidup di zaman dahulu dan sempat berjuang melawan penjajah di era Belanda. Namun hingga mereka meninggal, jasanya melawan penjajah terus dikenang.
Kisah para tokoh yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Kayuagung di zaman dulu di mulai pada awal abad ke 14 Masehi.
"Kisah pertama dimulai dari cerita seorang putri keturunan tanah Jawa beragama islam bernama Putri Sri Ayu yang konon ayahnya merantau di tanah Jawa dan asal usul ayahnya berasal dari tentara kerajaan Bone, sedangkan sang Ibu masih keturunan Arab," tutur Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata OKI, Ahmadin Ilyas saat dijumpai beberapa waktu lalu.
Dilanjutkannya, pada usianya yang hampir sepuluh tahun, Putri Sri Ayu diajak orangtuanya beserta sanak keluarga ayahnya untuk merantau ke Pulau Sumatera yang pada masa itu masih bernama Andalas.
Baca juga: Nomor WhatsApp Urus Dokumen Kependudukan di Dukcapil OKI, Dari Layanan KTP Hingga Akta
"Kala mereka mendatangi Andalas, mereka langsung menapakkan kaki di tanah Kayuagung yang kala itu, Kayuagung masih diperintah oleh seorang puyang keturunan Jawa Lampung," sebutnya.
Lantas, mereka hidup damai hingga Putri Sri Ayu tumbuh dewasa, sang ayah ahli dalam membuat ukiran, sedangkan ibu pandai membuat peralatan masak memasak yang dibuat dari tanah.
Hingga pada suatu kesempatan sang ayah didampingi oleh keluarganya berusaha membangun sebuah perkampungan.
"Nah, karena kampung tersebut masih dalam masa pembangunan dan perkembangan, akhirnya banyak pendatang dari berbagai penjuru dan berbagai pulau, hingga kampung tersebut menjadi ramai,"
"Bahkan tak sedikit pendatang yang menempati kampung tersebut adalah seseorang dengan kesaktian tinggi dengan berbagai kemahiran baik strategi berperang maupun ilmu gaib," jelasnya.
Sangat berpengaruh kedatangannya ialah mereka yang diutus untuk menyebarkan agama Islam dari wilayah Banten.
"Yang sangat berpengaruh kesaktian dan dakwahnya dalam menyebarkan agam islam di daerah itu antara lain Puyang Haji Husin, Puyang Haji Muhammad Amin, dan puyang Haji Muhammad Hasan. Ketiganya menjadi sahabat dekat ayah Putri Sri Ayu," lanjutnya.
Ditengah kisah mereka, tiba-tiba kampung tersebut dilanda musibah bencana alam. Berangkat dari hal tersebut, Ayah Putri Sri Ayu hawatir kalau anaknya satu - satunya ikut hanyut dibawa air.
"Puyang Haji Hasan dikenal memiliki kesaktian mampu menahan arus air yang deras. Sehingga wilayah kekuasaan mereka terhindar dari arus air yang begitu dahsyat. Mendengar wilayah itu terhindar dari banjir besar, beberapa penduduk dari luar daerah berdatangan," tuturnya.
Akibatnya pendatang tersebut memutuskan untuk menetap menjadi penduduk kampung, dan tidak mau meninggalkan kampung.
"Singkat cerita, Ayah Putri Sri Ayu ini mengumpulkan para keluarga serta beberapa kerabatnya, untuk membahas daerah tempat tinggal terutama ingin menjadikan daerah itu sebagai daerah kekuasaan, yang berarti ada yang harus menjadi pemimpin," terangnya.
Selanjutnya, mereka juga mulai mencari nama yang pantas disematkan untuk daerah itu.
Setelah beberapa bulan, tokoh yang memiliki ilmu sakti dalam kampung tersebut saling membantu mendirikan bangunan sederhana yang dijadikan istana.
"Kala itu, mereka menyebutnya sebagai Keraton. Setelah daerah itu dijadikan kekuasaan kecil yang bernama Keraton, maka daerah itu berkembang menjadi pusat perdagangan," bebernya.
Dikatakan jika pusat perdagangan menjadi maju, Ayah Putri Sri Ayu lantas mengadakan rapat kembali bersama sahabatnya Puyang Haji Hasan, Puyang Haji Husin, dan Puyang Haji Muhammad Amin.
"Mereka berkumpul untuk membicarakan rencana mereka, ingin mendirikan perkampungan yang mana diberinama daerah Kuto Rajo,"
"Daerah Kuto Rajo itu, dijadikan sebagai daerah tempat berkumpulnya para tamu raja - raja dari berbagai kerajaan kecil di negeri Andalas serta tanah Jawa," tandasnya.

Pesatnya perkembangan daerah kekuasaan mereka, memotivasi Ayah Putri Sri Ayu, untuk mengutus salah seorang putra kelahiran daerah Jawa yang bemama Raden Sidokerso.
"Utusan ini dikirim untuk menghuni sebuah daerah baru, dan daerah itu lantas diberi nama Sido Kerso yang diartikan mereka sebagai daerah yang akan menjadi pusat pertemuan persidangan," terangnya.
Daerah Sido Kerso ini lalu dijadikan tempat pengadilan. Setelah daerah pengadilan dibangun, orangpun berdatangan untuk menguji peradilan itu.
"Puyang Haji Hasan memberi amanat bahwa di daerah itu harus dihuni oleh orang yang pandai memecahkan permasalahan, serta orang yang pintar bersilat lidah yang mampu mempertahankan kebenaran dan peradilan suatu permasalahan," katanya.
Suatu hari, tersiar kabar bahwa akan ada para perampok datang mengacau, yang datang dari daerah seberang pulau.
Maka mereka sebagai penguasa hukum di Keraton membuat suatu pusat penjagaan yang mereka sebut wilayah Keno.
"Di wilayah ini penduduknya harus disarankan agar menikah dengan sesama orang daerah itu sendiri, sebab dihawatirkan kalau orang luar yang dikawinkan bukan tidak mungkin akan menimbulkan permasalahan," ucapnya.
Bertahun-tahun telah berlalu, Putri Sri Ayu semakin berada di usia yang matang. Dia dinobatkan sebagai perempuan penduduk pertama di daerah tersebut sebagai putri penakluk.
"Karena sebagai wanita penakluk maka dia harus diberi nama baru sebagai penerus kekuasaan tahta Keraton,"
"Awalnya sang ibu ingin memberinya nama Siti Meriam Mesir karena ibunya akan mengenang daerah kelahirannya yang berasal dari arab. Tapi para sahabat ayahnya tidak menyetujui," ungkapnya.
Dan akhirnya mereka sepakat nama baru si Putri Sri Ayu ialah Seriang Kuning, karena dia dikenal sebagai perempuan periang dan memilki rambut berwarna kekuningan.
Sejak nama itu disandangnya maka dia didatangi oleh berbagai wahyu yang menjelmakan dirinya sebagai perempuan yang mempunya bermacam kekuatan.
Baca juga: Syarat dan Cara Pengesahan STNK Tahunan, Perpanjangan 5 Tahun dan Rubentina di Polres Ogan Ilir
"Sering Kuning lalu jadi pintar menghilang, mahir melakukan perjalanan di atas angkasa melalui selendang pelangi yang dipakainya. Dia pun mampu membunuh hewan buas, serta dia tak pernah luka oleh benda tajam dan peluru," jelasnya.
Karena kesaktiannya yang tidak bisa dilukai, lantas berdampak pada rambutnya yang terus memanjang karena tidak bisa dipotong. Ditambah pula bahwa rambut tersebut tidak tumbuh seperti rambut yang normal.
Rambutnya tumbuh dengan kondisi tebal kaku. Karena ada wangsit menghampirinya, maka rambut tersebut berfungsi sebagai cemeti yang dipergunakan dalam perang tanding dengan musuh yang mengganggunya.
"Rambut Putri Seriang Kuning berwarna keemasan, dengan helai yang tebal dan kaku," tuturnya.
Hari-hari yang dilalui Sering Kuning dihiasi oleh sikap dermawannya yang membantu masyarakat sekitar, dari menyembuhkan penyakit, hingga membantu orang yang tersakiti.
Kisah ketenaran Puteri Seriang Kuning tersiar hingga ke segala penjuru, setelah ia dipertemukan dengan Puyang Yusuf dan Puyang Ismail yang konon penguasa daerah negori silop.
Suatu hari, Puyang Yusuf berniat menunaikan ibadah haji ke tanah suci makkah. Dan Putri Seriang Kuning ditugaskan menjaga negeri kekuasaan Puyang Yusuf.
"Sayangnya ada beberapa kesaktian tidak diturunkan oleh puyang Yusuf kepada Seriang Kuning, termasuk kemampuan untuk membuka pandang dalam kasat mata tentang keberadaan negeri kekuasaan Puyang Yusuf," bebernya.
Puyang Yusuf hanya menutup wilayah itu dengan sehelai daun keladi, hingga hilanglah pandangan wilayah perkampungan tersebut.
Karena dalam wilayah itu banyak sekali simpanan harta karun maka puyang Yusuf mengunci pandangan orang agar tidak bisa memasuki wilayah terebut.
Baca juga: PPNI Soal Oknum Perawat di Martapura Live TikTok Saat Pasien Operasi Melahirkan : Pastikan Disanksi
"Saat menunaikan ibadah haji, Puyang Yusuf wafat di tanah mekkah. Iapun tidak sempat membuka kembali wilayah itu, sehingga wilayahnya hilang dari pandangan,"
"Dari situlah orang-orang sekitar menyebutnya negori silop (negeri yang menghilang)," jelasnya.
Tak lama, bangsa Belanda datang akan menguasai daerah Kayuagung dan sekitarnya. Seriang Kuning sangat melarang kaum Belanda dan tidak diperkenankan untuk menguasai beberapa wilayah di Kayuagung.
"Suatu waktu, bangsa Belanda mendapat informasi dari mata-mata yang mengatakan jika ada sebuah kampung yang kaya, membuat mereka ingin menguasainya," ucapnya.
Hingga suatu hari Sering Kuning wafat karena pertikaian antara dirinya dengan kaum Belanda, kala Seriang Kuning berusaha membuat siasat untuk melawan Belanda.
"Seriang Kuning dimakamkan di daerah tempat tinggalnya. Sudah berabad-abad makam Seriang Kuning dikeramatkan oleh masyarakat Kayuagung hingga sekarang," tutupnya.
Baca berita lainnya di Google News