Berita Musi Rawas
Gropyokan, Cara Berburu Suku Anak Dalam di Musi Rawas Kendalikan Hama Tikus di Sawah
Gropyokan, cara berburu Suku Anak Dalam di Musi Rawas kendalikan hama tikus di sawah memang unik.
"Ini sudah musim kedua, kita libatkan SAD dalam pengendalian hama tikus di lahan persawahannya. Karena mereka ahli dan mahir menangkap tikus," jelasnya.
Menurutnya, kegiatan tersebut dilaksanakan, karena ada peningkatan populasi hama tikus di lahan persawahan petani di Desa E Wonokerto Kecamatan Tugumulyo.
"Ini hari yang ketiga. Di hari pertama kemarin, SAD mampu menangkap 207 ekor dan hari kedua menangkap 218 ekor. Jadi total sudah ada 425 ekor," jelasnya.
Hanya saja lanjut dia, untuk hari ini bukan SAD, namun juga dibantu oleh petani setempat. Mereka ikut antusias, karena merasa kegiatan tersebut berdampak positif terhadap lahan pertaniannya.
"Hari ini petani juga ikut serta membantu. Kalau hari pertama dan kedua itu hanya SAD saja," ucapnya.
Dia berharap, melalui kegiatan gropyokan tikus tersebut dapat menekan populasi hama tikus di lahan persawahan petani, khususnya di Desa Wonokerto.
Ditambahkan dia, dalam kegiatan ini ada dua teknik yang dilakukan yakni pertama teknik pembongkaran di lubang-lubang atau sarang tikus yang berada di pematang sawah, khusus yang dilakukan SAD.
Sedangkan untuk para petani, mereka membantu memberikan umpan racun di lubang persembunyian tikus di sepanjang tanggul-tanggul irigasi, yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pembongkaran oleh SAD.
"Untuk SAD mereka pakai mercon Brankas, atau semacam kembang api. Kemudian setelah dihidupkan dimasukan ke lubang tikus dan ditutup rapat, jangan sampai asapnya keluar," ucapnya.
Setelah itu didiamkan beberapa menit, baru kemudian dibongkar. Ada dua kemungkinan, untuk hama tikus yang berada di dalam lubang, pertama mati karena sesak napas, dan kedua keluar dengan kondisi lemas.
"Biasanya yang masih hidup, saat dibongkar lubangnya, tikus lari dan dikejar sama SAD, sampai dapat. Tapi kebanyakan mati didalam," ungkapnya.
Dia menambahkan, kegiatan tersebut akan berlangsung hingga besok, yang dilaksanakan kerjasama antara UPT Perlintan Kabupaten Mura dan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Tugumulyo.
"Kegiatan ini dilakukan untuk mengamankan tanaman-tanaman yang masih ada, meskipun hampir sebagian besar tanaman baik padi maupun jagung sudah rusak akibat serangan hama tikus," ungkapnya.
Dia juga menyebutkan, bahwa kegiatan yang melibatkan SAD ini sudah dilakukan selama dua musim ini, namun tidak semua SAD dilibatkan.
Menurutnya peningkatan populasi hama tikus sendiri, dikarenakan musim tanam yang tidak serentak ditambah dengan dampak pengeringan irigasi yang selama ini menjadi sumber penyuplai air di lahan persawahan, sehingga dengan kondisi lahan yang kering hama tikus ini mudah untuk berkembang.