Palembang Banjir
Palembang Banjir, Pemerhati Bencana Unsri : Tak Sepenuhnya Karena Faktor Alam
Bila hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dengan durasi lebih dari satu jam, maka berbagai titik di kota Palembang dapat dipastikan mengalami b
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Moch Krisna
Kedua litologi batuan penyusun Kota
Palembang ini sangat lemah terhadap nilai resapan air (infiltrasi).
Ilmu kebumian menyebutnya dengan impermeable.
Hal itu maka lumrah jika air permukaan sangat sulit meresap ke bawah permukaan, dan cenderung hanya mengalir ke permukaan.
"Pesatnya pertumbuhan dan tata kota yang padat, maka Langkah bijak yang dirasa perlu adalah memulai mengoptimalkan resapan, baik alami dari akar tanaman dan penghijauan maupun buatan dari sumur-sumur resapan.
Menurut Stevanus, kebijakan ini akan sangat optimal jika ditumbuhkan dari rasa kebersamaan dengan warga, melalui Gerak Resap di
masing-masing rumah.
Secara ekstrimnya, perlu regulasi yang mendesak warga maupun para pengembang untuk mewajibkan adanya peresapan.
"Lebih lanjut, mengurangi cor-coran dengan mengubah menjadi infrastruktur yang ramah dengan resapan, seperti konblok dan sebagainya," ujarnya.
Sementara terkait normalisasi saluran, Stevanus menjelaskan, saluran telah ada sedari jaman kerajaan dan juga sudah ada peremajaan
Berbondong-bondong kelompok warga dan afiliasi komunitas sudah membersihkan saluran di
permukaan.
Namun, ada yang tak kalah penting yakni adanya pendangkalan pada setiap saluran.
"Maka perlu pengerukan di berbagai sudut saluran sebagai paradigma untuk perawatan selokan," ujarnya.
Stevanus berharap dan sepakat, ke depan dan seterusnya, Palembang menganggap bahwa banjir bukan merupakan bencana.
"Tetapi lebih kepada manajemen tata air seperti pengendalian aliran air dan air saluran," ujarnya.
(*)
Baca berita lainnya di Google News