Berita Nasional

Usai Dicopot Sebagai Ketum PPP, Suharso Monoarfa Kembali Kena Masalah, Jokowi Diminta Turun Tangan

Guntur meminta kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tegas mencopot Suharso dari jabatan menteri.

Editor: Slamet Teguh
KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES
Usai Dicopot Sebagai Ketum PPP, Suharso Monoarfa Kembali Kena Masalah, Jokowi Diminta Turun Tangan 

Suharso menyebut sowan kepada kiai dengan memberikan amplop merupakan awal mula praktik korupsi.

Sedangkan dugaan gratifikasi ditunjukkan dengan penggunaan pesawat jet pribadi ke beberapa daerah oleh Suharso.

Serta, dugaan kejanggalan LHKPN yang dikeluarkan KPK menunjukkan harta kekayaan Suharso meningkat drastis dan dinilai perlu dilakukan audit.

Baca juga: Suharso Monoarfa Kembali Dalam Masalah Usai Dicopot Sebagai Ketum PPP, Jokowi Diminta Turun Tangan

Baca juga: Kisruh Internal, Ketum PPP Suharso Monoarfa Diganti, DPC PPP OI: No Comment, Biar Pusat Selesaikan

Suharso Monoarfa Minta Maaf

Suharso Monoarfa, minta maaf usai video yang berisi dirinya sedang berpidato di KPK beredar di media sosial.

Permintaan maaf ini disampaikan Suharso Monoarfa secara terbuka seusai menghadiri acara Sekolah Politik yang digelar selama 2 hari bagi kader PPP di Bogor.

"Saya menyesalkan ada pihak yang dengan sengaja mencuplik sepotong dari sambutan saya pada acara Politik Identitas Cerdas Berintegritas yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi, Senin 15 Agustus 2022 lalu, cuplikan yang sepotong itu menjadi di luar konteks dan membentuk opini negatif,” ujar Suharso.

Suharso Monoarfa menekankan bahwa sambutannya tidaklah berdiri sendiri.

Selain merespon atas apa disampaikan Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, Suharso Monoarfa juga turut berusaha menyambungkan dengan apa yang dipresentasikan Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat Wawan Wardhiana.

Menurutnya, kyai Ghufron menekankan, dengan mengikuti acara Politik Cerdas Berintegritas, diharapkan peserta menetapkannya agar jangan terbawa ikut-ikutan mengandalkan 'keuangan yang maha kuasa', dan meninggalkan 'Ketuhanan yang Maha Esa'.

Terlebih Partai Persatuan Pembangunan yang berazaskan islam.

Sementara itu, Suharso Monoarfa menuturkan, Wawan Wardhiana mengingatkan dengan sebuah idiom 'bukan membenarkan hal yang biasa, melainkan membiasakan hal yang benar'.

"Itu pesan-pesan yang ingin saya tangkap dan ingin saya ulang dan garis bawahi, sama sekali saya tak ada maksud untuk menyalahkan siapapun" ujar Suharso Monoarfa.

"Saya akui ilustrasi dalam sambutan itu adalah sebuah kekhilafan dan tidak pantas saya ungkapkan" tabahnya.

Suharso Monoarfa mengakui, semestinya ada cara lain, bukan dengan mengungkap ilustrasi yang justru mengundang interpretasi yang keliru, dan apalagi dipotong-potong.

"Untuk itu saya mohon dibukakan pintu maaf yang seluas luasnya" pungkasnya.

 

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved