Berita Nasional
Ironi Viktimisasi Putri Candrawathi, Pakar: Seolah Jadi Korban Tapi Caranya Sangat Kampungan
Ironi Viktimisasi Putri Candrawathi, Pakar: Seolah Jadi Korban Tapi Caranya Sangat Kampungan
Reza mengaku penasaran dengan salah satu rekaman CCTV yang memperlihatkan Putri Candrawathi dalam kondisi stres, menangis, dan ekspresi mukanya sangat tidak gembira seperti tertekan batinnya.
Menurutnya, jika berbicara tentang ekspresi muka seperti itu maka seseorang akan cenderung mengatakan yang bersangkutan sedang terintimidasi dan tertekan.
Kata terintimidasi atau tertekan, lanjut Reza, lebih dekat asosiasinya dengan posisi sebagai korban.
“Tapi hari ini saya lebih memilih untuk menyimak dan menganggukkan kepala pada pengumuman dari pihak Polri bahwa yang bersangkutan merupakan tersangka pelaku kejahatan, bahkan lebih ekstrem tersangka pelaku pembunuhan,” ucapnya.
“Saya teringat pada hasil riset, bahwa seorang pelaku kejahatan pun bisa terguncang jiwanya.”
Pelaku kejahatan, tegas Reza, dapat terguncang jiwanya meski sudah berancang-ancang untuk melakukan aksi kejahatan, ketika aksinya kebablasan.
“Adakah kemungkinan ekpresi wajah yang sedemikian tertekan, yang tertangkap oleh CCTV itu juga merupakan manifestasi betapa tersangka pelaku pembunuhan yang satu ini juga mengalami distres pada waktu itu.”
“Pelaku kejahatan bisa mengalami shock, apalagi kalau kita bicara pelaku kejahatan yang amatiran, yang tidak menduga ternyata perbuatannya bisa berakibat tragis sedemikian rupa,” imbuh Reza.
Meski demikian, Reza mempertanyakan ketika Putri Candrawathi diberitakan berulang kali tidak bisa diperiksa oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) karena mengalami guncangan jiwa yang hebat.
Jika guncangan itu benar-benar terjadi, Reza mengatakan dirinya bersimpati dan berharap Putri bisa segera sembuh sehingga proses hukum bisa berjalan.
“Tapi kalau yang bersangkutan ternyata hanya berpura-pura sakit, maka mudah-mudahan ada persoalan hukum selanjutnya yang akan bisa beliau pertanggungjawabkan,” ungkap Reza.
Dugaan Motif Instrumental
Reza menyebut awalnya ia membayangkan motif pembunuhan Brigadir J adalah emosional.
“Seketika saya membayangkan, jangan-jangan ini motif emosional, berarti ada barangkali luapan amarah, dendam, sakit hati, kebencian, cemburu, dan seterusnya yang berkutat di kepala orang-orang ini,” kata Reza.
Tapi, lanjut dia, publik justru bertanya-tanya bagaimana bisa Irjen Ferdy Sambo seorang petinggi penegak hukum dengan pangkat bintang dua bisa larut dalam emosi.