Berita Palembang

Hepatitis Akut dan PMK pada Sapi Muncul Kembali Pasca Covid-19, Ini Penjelasan Prof Yuwono

Merebaknya penyakit hepatitis akut, serta penyakit mulut dan kuku (PMK) sapi pasca Covid-19, disikapi ahli Mikrobiologi Prof Dr dr Yuwono M Biomed.

TRIBUNSUMSEL.COM/ARIEF
Ahli Mikrobiologi Prof Dr dr Yuwono M Biomed menanggapi munculnya Hepatitis Akut dan PMK pada Sapi Muncul Kembali Pasca Covid-19 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG,-Merebaknya penyakit hepatitis akut, serta penyakit mulut dan kuku hewan pasca Covid-19, disikapi ahli Mikrobiologi Prof Dr dr Yuwono M Biomed.

Menurut Yuwono didunia kedokteran dikenal ada penyakit yang baru muncul (emerging disease) yang dulu muncul kembali muncul, dan kini ada penyakit mulut dan kuku pada hewan, khususnya hewan mamalia seperti sapi dan kambing dan sebagainya itu disebut re-emergency disease penyakit kembali muncul kembali.

Kedua penyakit yang muncul kembali hepatitis, sebelumnya ada tapi muncul kembali.

Kemudian penyakit baru  severe acute respiratory syndrome (SARS)-2, yang baru muncul meski tahun 2004 ada SARS-1 tapi tidak menyebabkan Covid-19.

"Jadi ada penyakit yang baru, dan ada yang lama muncul kembali. Ketiga penyakit ada hubungannya, contoh Covid virus SARS-2 yang menyebabkan Covid-19, itu hidup nyaman di kelelawar dan kita tdak tahu menularya bagaimana mugkin jumping atau sebagainya, dan sekarang munculah penyakit hepatitis akut misterius yang namanya misterius belum tahu penyebabnya," kata Prof Yuwono, Kamis (12/5/2022).

Dijelaskan mantan Dirut RS PT Pusri ini, penyakit hepatitis untuk diketahui mungkin disebabkan 3 hal yaitu infeksi, bisa karena keracunan (hepatotoksik), dan bisa saja karena teaksi oto imun. 

"Saya dengar World Health Organization (WHO) mengatakan ini disebabkan 70 persen dari adino virus, dan saya terangkan adeno virus menyerang pernapasan antaranya otak dan saluran kemi. Jadi kalau ke hati dan lever itu saya sangat skiptis sebagai ilmuan, saya tidak percaya itu karena kalau adenovius menyebabkan hepatitis ini jangka panjang, karena mampu hidup normal dan diam dalam jangka lama seperti kanker (jika bermutasi), atau kedua komponen adino virus ini komponen vaksin, boleh jadi ini berkaitan dengan vaksin covid dan kita jangan memunafitkan itu kalau ini adino virus," jelasnya.

Diterangkan Yuwono, untuk penyakit mulut dan kuku apa kebetulan atau tidak mirip virus SARS Covid yaitu sama- sama virus RNA positif.

Artinya masuk ketubuh langsung bereaksi.

"Nah, penyebab penyakit kuku dan mulut hewan memanf belum kemanusia, tetapi kita harus ingat ada penyakit seperti itu dalam ilmu kedokteran. Dimana, awalnya ke binatang ke manusia, nah kalau virus Covid-19 sama juga dari hewan ke manusia, jadi kita harus waspada dari mamalia tadi bisa saja ke manusia," paparnya.

Meski begitu, Yuwono berharap masyarakat tidak usah panik terkait hal itu, dan cukup membiasakan dirinya hidup sehat saja untuk meminimalisir penyebarannya.

"Masyarakat cukup simple saja dimana dalam hal ini saya selaku dokter terus mensosialisasian hidup sehat, hidup sehat itu gampang tidak payah. Yaitu, kebersihan diri dari rambut hingga ujung kaki itu dulu bukan masalah barunya tapi bersih, lalu sanitasi lingkungan kita dirumah dan kerja, serta ketiga imunitas kata kuncinya yang punya harus kuat," tandasnya.

Baca juga: BREAKING NEWS-Kebakaran di Lorong Manggar 1 Boombaru Palembang, Warga Teriak Histeris

Dilanjutkan Yuwono, peningkatan imunitas itu sendiri diungkapkannya ada 4 faktor, yaitu tidur cukup sekitar 6 sampai 8 jam, enakkan makan bukan masalah makan enak, mulai beraktivitas sejak subuh, dan keempat positif thinking jangan dibuat repot. Ini malahan munculnya penyakit lama 3 tadi, malah komen dimedsos dan berdebat, padahal tidak tahu tentang seperti apa sebenarnya.

Ia sendiri berpesan kepada pemerintah, jika virus Covid- 19 ini tidak lagi dalam masa pandemik segeralah umumkan jadi endemik, sehingga masyarakat tenang.

"Seperti Palembang saja, periode lalu terindentifikasi 150 orang kena demam berdarah sedangkan kasus Covid-19 yang baru cuma 10 orang, jadi kalau mau diambil keputusan lebih banyak yang mana? tapi kini tidak peduli kasus demam berdarah. Jadi pesan saya ke pemerintah dan ilmuwan ini untuk sepakatlah demi kebaikan masyarakat," pungkasnya.
 

 
 
 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved