Berita Palembang

Kemendikbudristek RI Gandeng 5 PT di Sumsel Budayakan Bahasa Daerah

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi di Sumsel.

Penulis: Sri Hidayatun | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/SRI HIDAYATUN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melakukan kerjasama dengan lima perguruan tinggi (PT) di Sumsel untuk membudayakan bahasa daerah, Selasa (1/3/2022). 

TRIBUNSUMSEL.COM.PALEMBANG - Terancam punahnya bahasa daerah di Indonesia membuat pemerintah harus bergerak cepat untuk membudayakan bahasa daerah.

Salah satu langkah yang diambil oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi (PT)  di Sumsel.

Ada lima PT di Sumsel yang bekerjasama dalam rangka Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Penandatanganan dilakukan di Aula Aidil Fitrisyah Universitas PGRI Palembang, Selasa (1/3/2022).

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi Prof E Aminudin Aziz, MA PhD mengatakan di Indonesia memiliki 718 bahasa daerah dengan tingkat daya hidup atau vitalitasnya yang berbeda.

"Ada yang aman kalau penuturnya besar, ada yang rentan, mengalami kemunduran, ada yang terancam punah dan bahkan punah," ungkap dia.

Lanjut dia, seperti di tahun 2019 ada 11 bahasa daerah yang punah umumnya di daerah timur. Berdasarkan hasil studi pihaknya 2021 di wilayah barat dan tengah mengalami pemunduran.

"Seperti di Lampung. Artinya pemunduran ini karena penuturnya mulai berkurang. Di daerah barat dan tengah ini ada sekitar 12 yang mengalami pemunduran,"ungkap dia.

Hal ini dipengaruhi berbagai faktor diantaranya yakni sikap penutur yang menganggap tak keren atau sepele sehingga dilupakan.

Lalu, faktor migrasi karena ada mobilitas tinggi tinggal di Jakarta dan tak ada lagi teman berbicara bahasa daerah sehingga menjadi dilupakan.

"Perjalanan yang sering dari satu tempat ke tempat lain karena pekerjaan sehingga akhirnya tidak menggunakan bahasa daerah," ungkap dia.

Faktor lain yakni adanya pernikahan silang antar suku sehingga saat punya anak berkomunikasi dengan bahasa indonesia untuk menghindari konflik.

"Sehingga secara tidak langsung anak menjadi korban dalam hal seperti ini sehingga anak juga tidak bisa mendapatkan bahasa daerah dari bapak dan ibunya," jelas dia.

Karena itu, perlu peran pemerintah dalam melakukan pembinaan dan pengembangan bahasa ini agar tidak punah.

"Dengan bekerjasama lima perguruan tinggi di Sumsel ini kami berharap akan menambah pengayaan kosata kata di dalam bahasa Indonesia untuk masuk KBBI," beber dia.

Walaupun disetiap daerah ada balai bahasa namun kami terbatas dengan SDM yang ada. Sehingga diperlukan tangan-tangan dari dosen, mahasiswa untuk memperkaya bahasa ini agar tidak punah.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved