Dewan Pembina Perludem Kritisi Hasil Seleksi KPU dan Bawaslu, Minim Keterwakilan Perempuan

"Seperti nama penyelenggara yang terpilih saat ini, beredar nama di WA saya pikir kalkulasinya tinggi, orang bisa dengan pengaruh peranan startegis misal parpol, ormas, kaban, kepala lembaga negara memiliki peran penting termasuk eksekutif. Menariknya banyak orang berkepentingan dengan pemilu meski paling ribet di Indonesia," tandasnya.

Ditambahkan Febrian, wilayah interview di daerah ia menganggap paling bahaya dan mudah disusupi, meski bukan berarti dari pangkal tidak mudah disusupi juga.

"Mereka selama ini, ada yang mau ikut dan ujung berbeda, ada juga dari awal hingga akhir ujung sama atau tidak ikut tapi ujungnya sama, kenapa begitu? karena kita SDM terbatas, dimana mereka yang bergelut kepemiluan itu terbatas dan itu jadi kendala selama ini," paparnya.

Untuk itu, Febrian mengusulkan kepada pegiat Pemilu yang ada untuk menyuarakan dan memperjuangkan, agar sistem bagi penyelenggara pemilu yang ada dibatasi hanya satu periode saja.

"Alangkah baikknya Titi dorong suatu sistem kepemiluan cukup 1 kali jabatan. Mengingat mereka (penyelenggara Pemilu) juga menentukan nasib orang banyak, mereka tidak berpikir bisa mempengaruhi kedepan dan itu menarik," tukasnya.

Sementara Ketua DPRD Sumsel RA Anita Noeringhati menilai, penting nantinya seleksi penyelenggara Pemilu di daerah (Sumsel) dengan memperhatikan keterwakilan perempuan maka perlu dorongan dan rekomdaai serta seluruh element yang ada.

"Meski pusat sudah, kita beeharap untuk penyelenggara pemilu itu ada keterwakilan perempuan. Mengingat perempuan juga bisa melakukan itu," pungkasnya.

Baca berita lainnya langsung dari google news.