Berita Viral
Nasib Mahasiswa KKN di Jambi yang Diusir Warga Diduga Hina Sebuah Desa, Pihak Kampus Buka Suara
Mahasiswa KKN di Jambi diduga hina sebuah desa. Mereka menerima hukuman adat setempat. Pihak kampus minta maaf
Karena di desa kami ada hukum dan adat terkait sanksi dan denda pelecehan nama Desa Kubu Kandang," sambungnya.
Menurut Harun mereka harus bertanggung jawab atas tingkah laku dan perkataan.
"Kalau salah cakap kita bisa menghukum orang menurut aturan adat dan mereka telah melecehkan nama desa, maka dikenakan sanksi sedang," ungkapnya.
Pemerintah desa sudah sepakat melalui musyawarah desa pada Minggu (21/11/2021) kemarin, sekira pukul 20.00 sudah ditetapkan sanksi sesuai hukum adat yang ada di desa.
Mereka yang mencela dikenakan denda adat berupa kambing beserta selemak semanis, pisau sebilah, kain putih sekabung, asam-asaman dan sirih seminang lengkap.
"Semua denda yang diberikan sudah dipenuhi pada Selasa malam, Mereka juga sudah meminta maaf atas perbuatan penghinaan tersebut di depan masyarakat umum Desa Kubu Kandang," paparnya.
Penjelasan pihak kampus
Koordinator Pusat Pelaksanaan Kukerta LPPM Universitas Jambi, Ridhwan memberikan penjelasan setelah mahasiswanya viral.
"Bagi masyarakat Desa Kubu Kandang atas nama Universitas Jambi dan dosen pembimbing lapangan mahasiswa KKN Desa Kubu Kandang atas kejadian beberapa waktu lalu yang tidak menyenangkan.
Pihak perguruan tinggi memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada perangkat desa, tokoh adat, tokoh masyarakat yang bisa memfasilitasi dan mediasi sehingga permasalahan itu bisa diselesaikan dengan baik," ucap Ridhwan Koordinator Pusat Pelaksanaan Kukerta LPPM Universitas Jambi.
Kemudian, ia mengatakan karena telah diadakannya mediasi penyelesaian masalah ini maka pihak Unja mengharapkan mahasiswa KKN dan masyarakat Desa Kubu Kandang khususnya tetap akan terjalin ke depannya.
"Kami menyadari ini benar kesalahan dari mahasiswa kami yang memang menjadi evaluasi. Ke depannya mahasiswa kita sebelum turun ke masyarakat perlu diberikan pemahaman yang benar tentang terutama bagaimana memahami adat istiadat yang berlaku di masyarakat setempat," imbuhnya.
Selain itu, Ridhwan mengucapkan terima kasih kepada kepala desa dan tokoh masyarakat, pihaknya berharap pihak desa membukakan pintu maaf atas kelalaian mahasiswa ini.
"Ini menjadi evaluasi mudah-mudahan ke depan ada materi tentang etika bermedsos. Karena mahasiswa kita tidak bisa lepas dari medsos.
Kepulangan mahasiswa ini bukan karena kejadian ini memang jadwal mereka sudah harus pulang. Ada 15 orang satu desa, dimulai pada 22 Oktober, hari ini sudah penarikan," pungkasnya.
(*)
Baca berita lainnya di Google News