Berita Nasional

Hujan Meteor Terbungsu Bernama Arid Akan Terlihat dari Bumi Awal Oktober 2021

Hujan meteor umumnya memang terjadi setiap tahun ketika debu komet maupun asteroid berpotongan dengan orbit bumi mengelilingi matahari.

Editor: Slamet Teguh
Instagram @nolan.darius
Andi Pangerang mengatakan, Hujan meteor umumnya memang terjadi setiap tahun ketika debu komet maupun asteroid berpotongan dengan orbit bumi mengelilingi matahari. Foto ilustrasi: Hujan meteor perseid. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Fenomena alam bakal kembali terjadi di dunia.

Kali ini, hujan meteor bakal mellintasi bumi.

Yang akan melintas ialah hujan meteor terbungsu bernama Arid.

Hujan meteor terbungsu bernama Arid akan terlihat dari bumi pada pekan kedua Juni 2021, yang mana belum pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

Hal itu diungkapkan peneliti di Pusat Riset Sains Antariksa Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang.

Andi Pangerang mengatakan, Hujan meteor umumnya memang terjadi setiap tahun ketika debu komet maupun asteroid berpotongan dengan orbit bumi mengelilingi matahari.

"Untuk kasus hujan meteor terbungsu ini, justru debu komet 15P/Finlay, sebagai objek induk (parent body) hujan meteor tersebut, tidak pernah berpotongan dengan orbit bumi," katanya dalam keterangan di Jakarta, Jumat (8/10/2021).

"Hal ini dikarenakan ukuran debu komet yang kecil, ditambah pula dengan angin surya dari Matahari yang dapat mengubah posisi debu komet menjadi bergeser dari posisi semula,” katanya.

Andi Pangerang menjelaskan, hujan meteor Arid dapat disaksikan sejak senja bahari atau 20 menit setelah terbenam matahari dari arah selatan-barat daya hingga barat daya selama 3,5 jam hingga pukul 21.30 waktu setempat.

Baca juga: Dituntut Bersalah oleh JPU KPK, Bupati Muara Enim Nonaktif Juarsah: Saya Optimis akan Bebas

Baca juga: Hapus Semua Konten, Alfred, Alvin, Sepriadi Minta Maaf ke Warkop DKI, Bakal Segera Ganti Nama?

Sedangkan yang berada di belahan utara tetap berkesempatan menyaksikan hujan meteor tersebut, meskipun lokasi pengamatan terbaik hujan meteor itu berada di belahan selatan bumi.

Hujan meteor tersebut mulai menyembur sejak sepekan silam dan saat itu para astronom memprediksi puncak aktivitasnya akan terjadi beberapa hari ke depan.

Hujan meteor itu terlihat redup melalui instrumen radar bagi beberapa wilayah paling selatan di belahan selatan bumi yang masih bisa dihuni manusia seperti Argentina, Chile dan Selandia Baru.

Andi Pangerang mengatakan, awalnya hujan meteor tersebut dinamai "Finlay-id" berdasarkan nama objek induknya.

Penamaan tersebut tentu mengingatkan dengan hujan meteor Draconid yang semula dinamai Giancobinid, sesuai nama penemunya.

Konfirmasi pengamatan terbaru menunjukkan hujan meteor tersebut muncul dari konstelasi Ara, konstelasi di langit selatan yang terletak di antara konstelasi Centaurus, si manusia kuda dan Lupus, si serigala.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved