Darurat Covid 19

BOR Capai 80 Persen, RS Siloam dan RSUD Prabumulih Pastikan Pelayanan Kesehatan Tetap Berjalan

RS Siloam Sriwijaya Palembang dan RS Umum Daerah (RSUD) Prabumulih, tetap menjamin pelayanan kesehatan bagi masyarakat tetap berjalan.

TRIBUNSUMSEL.COM
Direktur RS Siloam Sriwijaya dr Bona Fernando dan Direktur RSUD Kota Prabumulih dr Hj Hesty Widiyaningsih, saat live talk Virtualfest Tribun Sumsel dan Sripo, Selasa (13/7/2021) yang juga dihadiri Epidemiolog Unsri dr Iche Andriani Liberty, SKM, MKes dengan dipandu Kepala Newsroom Tribun Sumsel- Sripo, Hj L Wenny Ramdiastuti. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG,-Meski Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi Sumsel mengungkapkan angka keterisian tempat tidur di rumah sakit (RS) atau Bed Occupancy Rate (BOR) bagi pasien Covid-19 di Sumatera Selatan (Sumsel) saat ini sudah mencapai 80 persen, pasca meningkatnya pasien Covid-19 baru- baru ini. 

Sedangkan di kota Palembang dari RS yang ada rata- rata sudah mencapai 90 persen, bahkan ada yang sudah 100 persen.

Namun, sejumlah rumah sakit yang ada seperti RS Siloam Sriwijaya Palembang dan RS Umum Daerah (RSUD) Prabumulih, tetap menjamin pelayanan kesehatan bagi masyarakat tetap berjalan.

Hal ini diungkapkan Direktur RS Siloam Sriwijaya dr Bona Fernando dan Direktur RSUD Kota Prabumulih dr Hj Hesty Widiyaningsih, saat live talk Virtualfest Tribun Sumsel dan Sripo, Selasa (13/7/2021) yang juga dihadiri Epidemiolog Unsri dr Iche Andriani Liberty, SKM, MKes dengan dipandu Kepala Newsroom Tribun Sumsel- Sripo, Hj L Wenny Ramdiastuti.

Menurut dr Bona, kondisi RS Siloam Sriwijaya sebenarnya beruntung karena memikiki group besar, dan bisa curi start berdasarkan pengalaman RS Siloam di Jakarta, yang sigap menangani lonjakan pasien Covid-19 pada gelombang kedua.

"Sebenarnya kita (RS Siloam) sudah curi start tapi kewalahan  juga, dan BOR kita rata- rata diatas 80 persen. Selama ini kita sudah menyiapkan bed diruang ICU, tapi disisi lain banyak penambahan pasien kritis lagi, jadi tidak pernah berhenti," kata dr Bona.

Dijelaskan Bona, meski pihaknya fokus penanganan pasien Covid-19 yang kritis  tapi layanan dan tenaga kesehatannya ada batasan. Dimana 10 bed ICU sudah full 100 persen di banding ruang isolasi yang masih ada kosong. 

"Kalau nambah bed gampang, tapi bed ICU tidak gampang karena perlu alat yang tidak sedikit dan SDM, sehingga kita buka satu bangsal lagi untuk pasien emergency bukan dirawat, tetapi agar mereka tidak menunggu diluar.

Jadi kondisi sekarang, kalau kewalahan ya kewalahan, bukan jumlah pasiennya saja, tapi obat, SDM, oksigen dan sebagaunya yang akan jadi porioritas berhubungan dengan Covid-19, sehingga pelayanan tetap maksimal," ucapnya

Diakui Bona, sejauh ini pasien Covid yang masuk ke RS Siloam masih didominaai kalangan lansia (lanjut usia), kalaupun ada pasien produktif  karena komorbidnya lebih dari 1, dan yang masuk ke ICU bisa dibilang terlambat penanganannya," tandas Boni.

Dengan kondisi tersebut, Boni sendiri menyatakan pihaknya terkadang jadi dilema bagi pasien yang perlu isolasi mandiri  dan ingin dirawat di IGD.

Mengingat Rumah sakit harus siap melayani masyarakat yang sakitm

"Kita RS asalah penyedia jasa, pasien yang mau dirawat tidak bisa kita tolak, tapi berusaha edukasi. Kalau bisa isolasi mandiri maka dirumah saja, tapi kadang fasilitas dirumah tidak menunjang jadi terpaksa di rawat RS, jadi kita RS kakau ada pasien butuh dirawat kita rawat dan pemerintah sudah memberikan jaminan dengan kriteria pasien Covid-19 yang ditanggung perawatannya," beber Bona, seraya pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah tetap akan mereka pantau hingga sembuh.

Bona berharap di Sumsel khususnya kota Palembang nantinya ada RS yang fokus menangani Covid-19 sehingga pelayanan masyarakat yang sakit diluar Covid-19 bisa terlayani secara maksimal.

"Selama ini fokus RS bercabang ada melayani pasien Covid-19 ada juga pasien ibu hamil dan sebagainya, sehingga masyarakat semua yang sakit bisa terlayani. Kalau Jakarta kan teratur selama ini dan Palembang bisa saja diterapkan seperti itu sehingga sumber daya dialihkan kesana dan pasien mudah kesana," ungkapnya.

Sementara Direktur RSUD Kota Prabumulih dr Hj Hesty Widiyaningsih,  mengungkapkan lonjakan pasien terpapar Covid-19 yang dirawat ditempatnya sehingga BOR di RSUD Prabumulih full saat ini, dimana tren ini terjadi pada awal Juli ini, setelah diberlakukannya PPKM darurat di Pulau Jawa dan Bali.

"Sebenarnya pasa Januari- Februari 2021 keterisian tempat tidur hanya 20-30 persen, April sudah meningkat 50 persen, tapi akhir ini imbas dari PPKM darurat BOR mulai 79-80 persen hingga 100 persen. Mengingat, kami (RSUD) juga melayani pasien tetangga dari PALI dan Muara Enim," jelasnya.

Hesty menerangkan, RSUD sebenarnya telah menambah 24 bed kembalu untuk mengcover pasien Covid-19 sebagai antisipasi jika ada lonjakan, mengingat sejumlah RS swasta yang ada mengakusudah kewalahan. 

"Kami selama ini disuport Pemkot, jadi harus lebih siap dibanding RS swasta. Ruang isolasi kami dari 39 menjadi 63 ruang isolasin dan diharapkan tidak full sehingga tidak mengganggu pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang ada," capanya.

Hesty pun memastikan jika soal APD dan ketersedian oksigen dalam penanganan Covid-19 tidak masalah, namun jika dari ketersedian obat- obatan mengingat sempat terjadi kekosongan distributor ia mengkhawatirkan hal tersebut.

"Selama ini, kasus kematian masih rentan diatas usia 50 tahun apalagi ada bawaan komorbidnya, tapi yang dirawat usia produktif tak menutup kemungkinan. Selama ini, perhatian kasus di IGD yang datang ke RS karena saturasi oksigen yang turun ataupun sudah isolasi mandiri 1 minggu di rumah dan datang ke RS sudah memberat sehingga rawat inap," tuturnya.

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Pasien, RSUD Prabumulih Dirikan Tenda Darurat di Depan IGD

Disisi lain, pihaknya memiliki kendala SDM yang terbatas saat ini mengingat jumlah kasusnya pun belum setajam seperti kota Palembang, sehingga masih bisa memberikan pelayanan. Namun, masalahnya jika ada Nakes yang terpapar, maka pihaknya harus melakukan screanning berskala melalui pemeriksaan rapid tes meski tanpa gejala dengan isolasi, dan jadi kekurangan SDM.

"Kami sudah koordinasi dengan Dinkes Prabumulih untuk rekrutmen tenaga Puskesmas khususnya perawat, yang akan ditarik ke RSUD," paparnya.

Dilanjutkan Hesty, sebagai RSUD ditengah kondisi saat ini diharapkan pasien yang dirawat memang yang betul- betul perlu dirawat RSUD, sehingga layanan kesehatan tetap berjalan.

"Dalam waktu kedepan bisa mencari solusi dan bisa menambah bed di tengah penambahan pasien covid baru dan kita harus siap. Kami maklumin Pemda saat ini keterbatasan anggaran dan keuangan negara dan daerah sampai saat ini melakukan perubahan pembiayaan. Harapannya kedepan kami bisa melaksanakan pelayanan dengan baik," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved