Berita Corona
Nenek 90 Tahun Meninggal setelah Terpapar Covid-19 Dua Varian Covid-19 Sekaligus, Ini Kata Ilmuwan
Seorang wanita lanjut usia di Belgia meninggal setelah terpapar virus corona dua varian sekaligus.
TRIBUNSUMSEL.COM - Seorang nenek usia 90 tahun meninggal dunia setelah terinfeksi Covid-19.
Dilansir Daily Mail oleh Tribunnews, nenek usia 90 tahun itu terpapar virus corona dengan dua varian sekaligus di waktu bersamaan.
Hal tersebut diungkap oleh ilmuwan di Belgia dalam konferensi pers Minggu (11/7/2021).
Nenek itu tinggal sendirian dan menerima perawatan di rumah.
Ia belum menerima vaksin.
Ia dirawat di Rumah Sakit OLV di kota Aalst Belgia pada Maret.
Awalanya, kadar oksigennya baik, tetapi kondisinya memburuk dengan cepat dan dia meninggal lima hari kemudian.
Ketika staf medis menguji adanya variants of concern, mereka menemukan bahwa wanita itu membawa strain Alpha, yang berasal dari Inggris, dan juga varian Beta, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.
Para peneliti percaya ini adalah kasus pertama yang terdokumentasikan.
Peneliti memperingatkan, meskipun jarang, infeksi ganda dapat terjadi.
Infeksi Covid-19 saat ini meningkat di Belgia, dengan rata-rata 1.027 infeksi baru dilaporkan setiap hari.
Meski begitu, tingkat kematiannya berkurang, dengan angka terbaru menunjukkan hanya dua kematian yang dilaporkan dalam beberapa hari terakhir.
Ada 1.093.700 infeksi dan 25.198 kematian terkait virus corona yang dilaporkan di negara itu sejak pandemi dimulai.
Sekitar 51,5 persen dari populasi diperkirakan telah divaksinasi sejauh ini.
Ahli biologi molekuler Anne Vankeerberghen dari Rumah Sakit OLV yang memimpin penelitian, mengatakan:
"Kedua varian ini beredar di Belgia pada saat itu, jadi kemungkinan wanita itu terinfeksi virus yang berbeda dari dua orang yang berbeda."
"Tapi sayangnya, kita tidak tahu bagaimana dia terinfeksi."
Vankeerberghen mengatakan sulit untuk mengatakan apakah infeksi ganda berperan dalam penurunan kondisi pasien yang begitu cepat.
Penelitian yang belum diserahkan ke jurnal medis itu, sedang dipresentasikan di Kongres Mikrobiologi Klinis & Penyakit Menular Eropa.
Vankeerberghen mengatakan tidak ada kasus lain yang dipublikasikan dari infeksi ganda serupa.
Namun, fenomena itu mungkin diremehkan, tambahnya melalui siaran pers.
Hal itu bisa terjadi karena pengujian yang terbatas untuk varian Covid-19 yang menjadi perhatian, atau 'variants of concern', katanya.
Ia juga menyerukan peningkatan penggunaan pengujian PCR cepat agar bisa mendeteksi mutasi varian Covid-19.
Pada bulan Januari, para ilmuwan di Brasil melaporkan bahwa dua orang telah terinfeksi secara bersamaan dengan dua jenis virus corona yang berbeda.
Tetapi penelitian tersebut belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Menanggapi penelitian tersebut, Lawrence Young, seorang ahli virologi dan profesor onkologi molekuler di University of Warwick, mengatakan bahwa tidak lah mengejutkan menemukan seseorang yang terinfeksi lebih dari satu jenis virus.
"Studi ini menyoroti perlunya lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah infeksi dengan berbagai varian yang menjadi perhatian memengaruhi perjalanan klinis Covid-19 dan apakah kondisi ini dapat membahayakan kemanjuran vaksinasi," tambahnya.
Versi atau varian baru dari Covid-19 terus muncul karena mutasi pada virus saat menyebar.
Beberapa variasi ini memberi virus keuntungan baru, seperti menjadi lebih menular atau mampu menghindari antibodi yang ada dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya.
Strain yang mampu melakukan ini sedang dipantau oleh para ilmuwan dan disebut 'variants of concern.'
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)