Konvensi Perempuan Indonesia
Utamakan Pre Konsepsi Sebelum Menikah, Cegah Stunting Perlu Peran Ayah-Ibu
Pre konsepsi itu hanya menyiapkan sel telur istri dan sperma dari suami itu butuh tiga bulan sebelum menikah dan murah
Penulis: Lisma Noviani | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menekankan pasangan yang belum menikah untuk mengutamakan pre konsepsi sebelum memulai kehidupan pernikahan.
Menurut Hasto, pre konsepsi seharusnya menjadi hal yang didahulukan oleh bagi calon pasangan yang akan menikah. Saat ini masyarakat masih sering salah kaprah dalam menetapkan skala prioritas sebelum melangsungkankan perkawinan dengan menghabiskan biaya yang besar untuk kegiatan sebelum menikah (pre wedding) seperti pemotretan.
"Saya mengingatkan kepada semua pihak ketika pre wedding bisa habiskan puluhan juta tapi saya kritik, saya sayangkan. Pre konsepsinya tidak pernah dikerjakan. Padahal, pre konsepsi itu hanya menyiapkan sel telur istri dan sperma dari suami itu butuh tiga bulan sebelum menikah dan murah," ujarnya pada Konvensi Perempuan Indonesia memperingati Hari Kartini, Kamis(21/4/2021) yang digelar secara virtual dan disiarkan Sripo-Tribun di chanel Youtube dan medsos serta di relay di Tribun Network di 23 provinsi di Indonesia.
Proses pre konsepsi pun hanya meliputi pemeriksaan hemoglobin (hb), tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas. Dari pemeriksaan tersebut bisa dinilai calon ibu yang nantinya dapat hamil. Proses pre konsepsi untuk laki-laki selama 75 hari dan perempuan 90 hari.
"Pre konsepsi harus dilakukan, harus dikerjakan supaya tahu status gizi calon perempuan yang akan jadi ibu sebelum nanti nikah dan bulan madu. Pre konsepsi bukan yang mahal dan tidak penting," jelasnya.
Hasto mengatakan, dengan serius menyiapkan kebutuhan pra nikah dengan prekonsepsi tadi, "Calon pasangan dapat mencegah angka stunting," katanya.
Dalam pencegahan angka stunting, diperlukan upaya dari berbagai pihak. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pun harus dilakukan secara penuh.
Program imunisasi pun tidak boleh ditinggalkan sebab bayi stunting disebabkan oleh sakit karena kurangnya asupan gizi dan imunisasi dasar yang tidak lengkap.
"Kejar sampai imunisasi yang belum 100 persen kita kejar terus minta dukungan semua pihak," kata Hasto di depan audiens di zoom meeting yang mencapai 500 peserta.
Sementara Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, I Gusti Ayu Bintang Darmawati menanggapi tema besar konvensi perempuan Indonesia yakni ibu sehat, generasi sehat Indonesia maju tanpa stunting bahwa butuh kerjasama antara ayah dan ibu agar tidak terjadi stunting.
“Pengasuhan utama anak merupakan tugas dari kedua orangtua, baik ayah maupun ibu secara setara. Selain itu menaikkan angka pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif. Balita yang tidak diberikan ASI ekslusif sejak lahir stunting sebesar 4,8 kali,” ujar Gusti Ayu Bintang.
Gerakan Ayo Cegah Stunting
DG Rotary Internasional Distrik 3410, Roziana Wiguna mengatakan Rotary Internasional adalah organisasi kemanusiaan sedunia dengan anggota 1,2 juta jiwa tersebar disekitar 200 negara semuanya yang berpegang teguh asa peduli terhadap kemanusiaan.
“Kami ingin berbuat kebaikan di dunia ini. Nah gerakan ayo jaga stunting adalah salah satu dari area fokus rotary yaitu kesehatan ibu dan anak, Rotary Distrik 3410 juga mau ikut berpartisipasi karena kami juga peduli terhadap ibu sehat, cerdas, anak sehat dan cerdas dan generasi kita juga akan maju,” ujarnya.
Menyambung kegiatan Rotary Club, Ketua Umum Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI) Baharuddin mengatakan yang sangat mengetahui tentang stunting ini adalah kader kader posyandu.
“Kader posyandu punya pengalaman dengan Rotary Palembang mencegah stunting dengan memberi makan selama 365 hari untuk bayi stunting. Kalau bangsa ini serius dan peduli, dan tahu tentang hartanya untuk orang miskin maka stunting tidak akan ada lagi,” jelasnya.
Dalam konvensi juga menjadi panelis, Ketua TP PKK Sumsel Hj Febrita Lustia Herman Deru, Endah Trista Agustiana, Penasihat Strategis Bidang Kesetaraan Gender Inklusi Sosial dan Partisipasi Masyarakat Sipil, Walikota Bandar Lampung Bunda Eva Dwiana, serta perwakilan dari Sasa Florentina.