Mengenal Sosok Soesalit Djojoadhiningrat Putra RA Kartini, Masa Sekolah dan Awal Karier di Militer
Ayahnya, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, wafat saat Soesalit masih berumur 8 tahun.
Hingga akhirnya, beberapa tahun kemudian, dia mendapatkan tawaran pekerjaan dari kakak tirinya.
Rupanya, Soesalit dimasukkan oleh Abdulkarnen ke polisi rahasia Belanda atau Politieke Inlichtingen Dienst (PID).
Selama bekerja di sana, Soesalit merasakan bimbang lantaran dia sebagai pejuang bangsa harus mematai-matai bangsanya sendiri.
Berkarier di Militer
Soesalit kemudian memutuskan untuk bergabung dengan tentara sukarela Pembela Tanah Air atau PETA saat masa pendudukan Jepang.
Masih dilansir dari Kompas, sejarawan Hendri F Isnaini menjelaskan, Soesalit pernah menjadi panglima di Divisi III Diponegoro saat perang kemerdekaan.
Putra Kartini itu juga sempat bergerilya di Gunung Sumbing ketika Agresi Militer Belanda II.
Sayangnya, karier militer Soesalit tak begitu baik, dia pernah diturunkan pangkatnya.
Dari jenderal mayor (atau sekarang dikenal sebagia mayor jenderal) pangkatnya diturunkan jadi kolonel dan diturunkan lagi menjadi kementerian perhubungan.
Terseret Komunisme
Peristiwa Madiun 1948 atau pemberontakan PKI kemudian terjadi.
Itulah awal penderitaan Soesalit, di mana pemerintah menemukan dokumen berisi nama Soesalit sebagai "Orang yang Diharapkan".
Setelah itu Soesalit menjadi tahanan rumah.
Pangkatnya pun diturunkan, dia menjadi pejabat di Kementerian Perhubungan dengan pangkat militer tak berbintang.
Hingga akhirnya, Soesalit meninggal dunia pada 17 Maret 1979 di RSAP.
Di berpesan kepada keturunan RA Kartini agar tak membangga-banggakan diri dan selalu rendah hati.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Mengenal Putra RA Kartini