Kisah di Makam Mbah Datuk Banjir Penggagas 'Lubang Buaya', Anjuran Khusus untuk Aparat yang Datang

Mbah Datuk Banjir dikenal sebagai alim ulama dan pejuang melawan penjajahan Belanda pada abad ke 7 silam.

Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Makam Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah di Cipayung, alim ulama pencetus nama Lubang Buaya, Jakarta Timur, Sabtu (17/4/2021). 

Setelah menaklukkan 'penguasa' Kali Sunter, Mbah Datuk Banjir mencetuskan nama Lubang Buaya.

Dalam menyebarkan agama Islam, Mbah Datuk Banjir disambut baik warga setempat yang kala itu bertani padi sebagai profesi utamanya.

Warga Lubang Buaya diajarkan ilmu bela diri untuk melawan penjajah Belanda yang datang menaklukkan Jakarta.

"Mbah Datuk Banjir secara enggak langsung melindungi Kampung Lubang Buaya ini dengan bentuk kesakitan dan karmahnya. Sehingga kampung ini terlihat seperti laut, tidak bisa diinjak penjajah Belanda, enggak bisa masuk," lanjut Yanto.

Dikisahkan, Mbah Datuk Banjir memiliki sejumlah senjata pusaka yang digunakan untuk berperang.

Dua di antaranya Golok Si Bule dan Keris Bengkok. Kedua benda pusaka ini kini tersimpan di area pemakaman Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah.

"Meninggalnya bukan saat berperang, kalau bahasa spiritualnya memang sudah harus pindah," sambung Yanto.

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Makam Mbah Datuk Banjir Leluhur Lubang Buaya, Pantangan Khusus untuk Aparat, Bila Melangggar Benjol

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved