Kisah di Makam Mbah Datuk Banjir Penggagas 'Lubang Buaya', Anjuran Khusus untuk Aparat yang Datang
Mbah Datuk Banjir dikenal sebagai alim ulama dan pejuang melawan penjajahan Belanda pada abad ke 7 silam.
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNSUMSEL.COM, CIPAYUNG - Kisah di makam Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah penggagas nama Lubang Buaya di Jakarta Timur.
Makamnya menjadi salah satu tempat wisata religi di Jakarta.
Lokasi makam Mbah Datuk Banjir ada di di Jalan Kramat RT 04/RW 02, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung.
Makam Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah dikeramatkan dan ada pantangan khusus bagi aparat yang ingin berziarah. Bila melanggar maka bisa sial hingga kepala benjol.
Meski aksesnya hanya jalan tanah setapak, bahkan sulit dilalui sepeda motor, makam Mbah Datuk Banjir tak pernah sepi peziarah.
Setiap hari selalu ada peziarah ke makam Mbah Datuk Banjir.
Mbah Datuk Banjir dikenal sebagai alim ulama dan pejuang melawan penjajahan Belanda pada abad ke 7 silam.
Bahkan, Mbah Datuk Banjir juga dikenal sebagai penggagas nama Lubang Buaya yang kini menjadi salah satu wilayah di Jakarta Timur.
Karenanya, nama Mbah Datuk Banjir begitu melegenda di kawasan Lubang Buaya.
Yanto Wijoyo (45) pengurus makam, mengatakan makam Mbah Datuk Banjir memang hampir tak pernah sepi dari para peziarah.
Siapa pun diperbolehkan berziarah.
Baca juga: Siapa Habib Abdurrahman atau Habib Cikini, Makamnya Semprotkan Air saat akan Digusur, Disebut Obat

Namun, ada ada satu pantangan yang berlaku di makam Mbah Datuk Banjir.
Yakni, untuk aparat TNI maupu Polri tak boleh mengenakan seragamnya ketika berziarah ke makam Mbah Datuk Banjir.
"Kalau misalnya mau datang kemari enggak boleh pakai seragam, khususnya tentara dan polisi," ucap keturunan kesembilan Mbah Datuk Banjir ini, Sabtu (17/4/2021).