Siswa SMP Mendadak Meninggal, Minta Jemput Ayah saat di Kelas, Panik Lihat sang Anak Sudah Lemas
Sesampainya di depan sekolah, ia mengabarkan pada anaknya dan berharap agar dia dihampiri.
TRIBUNSUMSEL.COM, GIANYAR - Seorang siswa SMP mendadak meninggal dunia di Bali, Kamis (1/4/2021).
Adalah Dewa Gede Juli Artawan (16), seorang siswa kelas tiga SMPN 1 Ubud, Gianyar, Bali.
Ia meninggal di perjalanan menuju Puskesmas Ubud 1 yang tak jauh dari sekolahnya.
Sebelum meninggal, ia mengalami sakit kepala berat saat menunggu jam pembelajaran tatap muka.
Semasa hidupnya, mendiang dikenal sebagai seniman berbakat yang menguasai segala jenis instrumen gamelan Bali.
Saat Tribun Bali menyambangi kediaman mendiang di Banjar Dukuh Griya, Desa Pejeng Kawan, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Jumat 2 April 2021, sejumlah krama tengah mempersiapkan upacara untuk pemakaman Dewa Gede yang akan berlangsung pada sore hari.
Orangtua mendiang, Dewa Putu Gede Artana terlihat sangat terpukul atas meninggalnya anak pertama dari dua bersaudara itu.
Terlebih lagi, kata Dewa Artana, selama ini anaknya tersebut tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
Bahkan, saat berangkat sekolah sekalipun, mendiang tidak ada mengeluhkan apapun.
"Tidak pernah sakit keras. Sehat, jalan sekolah itu sehat. Saya sampai saat ini tidak tahu sakit apa yang menyebabkan anak saya meninggal," ujarnya.
Pria yang bekerja di sebuah hotel di Ubud ini menceritakan kronologis sebelum anaknya meninggal.
Kemarin, ia mengantar anaknya ke sekolah dan langsung pulang.

Setibanya di rumah dan belum sempat menaruh helm, anak lanangnya tersebut menelepon dan mengatakan dirinya mengalami sakit kepala lalu minta dijemput untuk pulang.
"Saat saya antar ke sekolah, baru sampai ke sekolah, saya pulang. Saya sampai di rumah belum sempat lepas helm. Dapat telepon dari anak saya bilang sakit kepala. Disuruh jemput," ujarnya.
Sesampainya di depan sekolah, ia mengabarkan pada anaknya dan berharap agar dia dihampiri.
Namun Dewa Gede mengatakan kepada ayahnya bahwa dirinya tidak sanggup berjalan, dan meminta agar dijemput ke atas.
Untuk diketahui, tempat parkir berada di depan sekolah. Untuk masuk ke dalam sekolah, siswa atau orang tua harus menaiki sejumlah anak tangga.
"Saya chat anak saya. Ajik sudah di depan. Disuruh oleh anak saya naik, katanya tidak bisa turun. Saat sampai di atas, saya panik melihat anak saya sudah lemas, saya tanya tidak ada jawaban. Langsung saya rangkul bersama temannya ke bawah," ujarnya.
"Saat itu tidak ada guru. Sampai di bawah saya ketemu seorang guru. Akhirnya ibu guru meminjam mobil untuk mengantar ke puskesmas. Perkiraan saya anak saya sudah meninggal di perjalanan. Sebab sampai di puskemas dikasi oksigen, tapi oksigennya tidak memberikan efek. Saya kaget. Anak sehat. Tidak ada gejala apa, kenapa bisa seperti ini," ujarnya.
Dewa Artana mengatakan, pihak kepolisian menganjurkan untuk dilakukan autopsi untuk mencari penyebab kematian anaknya.
"Dari kepolisian kemarin menganjurkan autopsi. Tapi saya dari pihak keluarga, mengikhlaskan kepergian beliau.
Kalaupun diautopsi, juga tidak ada apa. Malah lebih banyak hal negatif nantinya. Karena itu saya ikhlaskan, mungkin segini saja waktu saya bersama beliau," ujarnya. (*)