Berita Palembang

Polemik Vaksin AstraZaneca, Ahli Epidemiologi: Masyarakat Jangan Takut Divaksin

Terlepas dari polemik yang terjadi, MUI sebagai acuan bagi umat muslim di Indonesia telah mengeluarkan fatwa boleh menggunakan vaksin AstraZaneca.

Sripo/ Jati Purwanti
Ahli Epidemiologi Sumsel, Dr Iche Andriany Liberty. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Polemik vaksin AstraZaneca yang disebut mengandung zat berasal dari babi, saat ini masih menjadi perbincangan hangat ditengah masyarakat.

Baru-baru ini AstraZaneca membantah vaksinnya mengandung babi.

Pernyataan itu muncul untuk menanggapi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengatakan vaksin AstraZeneca tetap boleh digunakan dengan alasan kondisi darurat, meski dalam proses pembuatannya memanfaatkan tripsin atau enzim dari babi.

Terkait perdebatan mengenai vaksin AstraZaneca, Ahli Epidemiologi dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Iche Andriani Liberty, memberikan tanggapannya.

Menurut Iche, terlepas dari polemik yang terjadi, MUI sebagai acuan bagi umat muslim di Indonesia telah mengeluarkan fatwa boleh menggunakan vaksin AstraZaneca.

Fatwa ini diharapkan bisa menggugah kesadaran masyarakat untuk tidak takut menjalani vaksinasi.

"Banyak yang bilang itu mengandung babi menjadikan orang-orang takut divaksin. Padahal MUI juga sudah bilang bahwa saat ini adalah keadaan darurat dan ini vaksin sudah murni, juga sudah disetujui. Nah, ini yang harusnya jadi penyadar ke masyarakat bahwa MUI sudah menyetujui penggunaan vaksin itu. Maka kita selaku umat islam juga harus legowo demi menyelamatkan diri sendiri, keluarga dan orang lain dari masa pendemi ini," ujarnya.

Baca juga: Masyarakat Bisa Bayar Pajak di Samsat Palembang IV, Ada di Kawasan Celentang

Baca juga: Mulai 1 April 2021, Surat E-Tilang Dikirim Lewat Pos

Dikatakan Iche, polemik lainnya dari vaksin AstraZaneca adalah efektivitas yang masih banyak diragukan masyarakat.

Apalagi vaksin AstraZaneca juga tidak diuji di Indonesia. Berbeda dengan vaksin sinovac yang menjalani uji sampai fase ketiga di tanah air.

"Inilah yang juga jadi polemik baru di tengah masyarakat. Untuk itulah pentingnya peranan dari berbagai pihak. Bukan hanya pemerintah saja, tapi juga tokoh agama dan tokoh masyarakat juga sangat diperlukan untuk mengunggah kesadaran masyarakat betapa pentingnya vaksinasi," ujarnya.

Iche berujar, dengan adanya berbagai polemik yang beredar, dikhawatirkan dapat menurunkan partisipasi masyarakat dalam mengikuti vaksinasi.

Hal ini juga sudah terjadi di sejumlah wilayah tak terkecuali di Sumsel yang belum mendapat hasil memuaskan dalam cangkupan vaksinasi bagi para lansia.

"Padahal lansia adalah orang-orang yang cukup berisiko. Mereka yang paling berisiko untuk mengalami kejadian paling fatal mengingat kita tahu bahwa kematian paling tinggi dalam kasus covid-19 terjadi pada lansia. Jadi memang kita harapkan cangkupan dari lansia ini bisa menyeluruh," ujarnya.

Disinilah kata Iche, peran dari pemerintah, tokoh agama, masyarakat termasuk tenaga kesehatan sangat diperlukan.

Seperti petugas puskesmas yang semestinya bisa jemput bola untuk mengajak manula di seputar wilayah kerjanya agar bersedia untuk divaksin.

"Sebagai fasilitas kesehatan pertama, petugas puskesmas juga semestinya bergerak mencari lansia di wilayah kerjanya agar mau divaksin. Jadi tidak hanya menunggu," ujarnya.

Ikuti Kami di Google Klik

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved