Arti Catcalling, Salah Satu Bentuk Pelecehan Seksual, Dampaknya Bisa Trauma

Rainy mencontohkan, kasus catcalling yang terjadi pada malam hari terhadap perempuan yang sendirian menunggu bus di halte.

Editor: Weni Wahyuny
tribunsumsel.com/khoiril
Ilustrasi korban catcalling 

Dalam beberapa kasus pelecehan verbal, pakaian atau penampilan korban, kerap dijadikan alasan.

Rainy menegaskan, pandangan semacam ini adalah hal yang salah.

Pada kasus catcalling yang dialami korban, yang mayoritas perempuan, dipandang sebagai objek seksual.

"Tubuh perempuan dipandang sebagai tubuh seksual yang membuat laki-laki tergoda," kata Rainy.

Rainy mencontohkan, kasus catcalling yang terjadi pada malam hari terhadap perempuan yang sendirian menunggu bus di halte.

Ketika terjadi catcalling, korban justru disalahkan.

"Jadi (yang disalahkan) bukan pelaku yang mengenakan lensa patriarkis dalam memandang perempuan," ujar Rainy.

Rainy menegaskan, pelecehan tejadi bukan karena penampilan atau apa yang dipakai korban, tetapi memang kultur si pelaku pelecehan.

Ia juga menekankan, tindakan seperti ini tak bisa dibenarkan.

Pada tingkatan tertentu, Rainy mengungkapkan, dampak catcalling dapat menimbulkan trauma berkepanjangan terhadap korbannya.

Korban jadi membatasi mobilitasnya jika tidak ditemani saat keluar rumah, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dan menghambat perkembangan pribadinya.

"Segala bentuk pelecehan seksual tak boleh dibiarkan, apalagi atas nama perbuatan iseng, bila kita ingin membangun masyarakat tanpa kekerasan," kata Rainy. (Erland Roy)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved