Ditemukan Bayi Tewas Membeku dengan Tali Pusar Masih Tersambung, Diduga Dilempar Ibu dari Jendela
Tetangga tersebut mengklaim telah menemukan tubuh telanjang sedang membeku di gang paling terpencil dan sempit di dalam kompleks itu.
TRIBUNSUMSEL.COM - Seorang bayi diduga jadi korban pembunuhan yang dilakukan ibu kandungnya.
Seorang wanita berusia 20 tahunan kini ditangkap polisi Ilsan Seobu di Kota Goyang, Korea Selatan.
Wanita muda ini ditangkap atas dugaan pembunuhan karena telah menelantarkan bayi perempuannya begitu saja di luar gedung apartemen.
Dikutip Tribunnews dari Koreaboo, pada 16 Januari 2021, saat polisi menerima laporan tersebut, suhu rata-rata di Goyang mencapai -12 derajat Celcius.
Bahkan saat itu muncul peringatan gelombang dingin ekstrem di seluruh kota.
Bayi malang itu ditemukan oleh seorang tetangga dari kompleks perumahan.
Tetangga tersebut mengklaim telah menemukan tubuh telanjang sedang membeku di gang paling terpencil dan sempit di dalam kompleks itu.
Menurut tetangga, tali pusar bayi itu masih tersambung saat ditemukan.
Penyelidikan polisi mengungkapkan bahwa sang ibu 'melemparkan bayinya ke luar jendela' setelah melahirkan di kamar mandi apartemen miliknya.
Sang ibu dikatakan berusaha melarikan diri dari TKP, meskipun saat itu polisi melacaknya ke gedung terdekat, tak lama setelah menerima laporan dari tetangga.
Ia sekarang menghadapi dakwaan pembunuhan, meski polisi masih mencari tahu motif kasus ini.
Menyusul berita yang memilukan, warga Korea Selatan bersatu secara online untuk menyuarakan keprihatinan mereka dan memperjuangkan hukum lebih baik yang bisa 'benar-benar melindungi bayi dan anak kecil'.
"Sang ibu setidaknya bisa membawa bayinya ke pusat penitipan. Namun sebaliknya, ia justru sengaja memilih membuang bayi malang itu ke luar jendela.
Tentu saja ini termasuk pembunuhan yang disengaja. Tidak peduli bagaimana penyebabnya, ia seorang pembunuh.
Jangan memberinya keringanan hukuman. Lindungi anak-anak, mereka benar-benar masa depan negara ini," tulis sebuah komentar online.
Diketahui, publik Korea Selatan saat ini tengah geram atas kasus tewasnya balita Jung In karena disiksa orang tua angkatnya.
Berita Balita Jung In Tewas
Kasus kekerasan anak yang menyebabkan balita 16 bulan tewas memicu kemarahan publik Korea Selatan.
Insiden kejam yang menimpa balita bernama Jung In ini juga mencuri perhatian Jimin BTS.
Dikutip Tribunnews dari Korea Herald, Jung In dilaporkan meninggal setelah disiksa dan dilecehkan oleh orang tua angkatnya selama sembilan bulan.
Jung In meninggal di ruang gawat darurat sebuah rumah sakit di Seoul, pada 13 Oktober 2020.
Ia mengalami patah tulang di sekujur tubuh dan organ dalamnya mengalami kerusakan parah, termasuk pankreas rusak serta pendarahan internal.
Jang dituduh telah terus menerus menyiksa putri angkatnya sejak Juni hingga Oktober 2020.
Jang dan Ahn pun menghadapi tuduhan penelantaran anak.
Polisi yang bertugas menangani kasus ini juga menghadapi kritik.
Pasalnya, tiga laporan terpisah mengenai kecurigaan penyiksaan anak telah diserahkan ke pihak kepolisian sebelum kematian Jung In.
Sekitar 230 ribu orang telah menandatangani petisi nasional di situs kepresidenan pada Senin (4/1/2021).
Mereka menyerukan untuk mengungkap informasi pribadi orang tua angkat dan menuntut keduanya atas pembunuhan.
Pada Sabtu (2/1/20210), Unanswered Questions menayangkan episode yang menjelaskan kematian tragis Jung In.
Acara ini melakukan percobaan dimana seorang wanita dewasa (yang proporsi tubuhnya mirip Ahn), menginjak perut boneka bayi dengan cara melompat dari sofa.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kerusakan organ dalam yang dialami Jung In.
Presiden Korea Selatan, Moon Jae In, menyerukan perlindungan lebih baik bagi anak-anak adopsi dan pengawasan yang lebih ketat terkait prosedur adopsi, Senin (4/1/2021).
Hal ini disampaikan Moon di tengah-tengah kemarahan publik atas kasus Jung In.
Warga menyuarakan kemarahan mereka secara online maupun offline.
"Lakukan semua upaya untuk memastikan manajemen pasca-adopsi anak-anak angkat," ujar Moon melalui juru bicaranya, Kang Min Seok, dilansir Korea Herald yang mengutip Reuters.
"Ini sangat disayangkan dan yang seharusnya tidak terjadi, telah terjadi," tambahnya.
Moon menegaskan perlunya memperkuat pengelolaan dan pengawasan prosedur adopsi, sambil menekankan bahwa instansi terkait harus menjadikan kepentingan anak sebagai prioritas utama dalam setiap proses adopsi.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)
