Beda Keterangan Polisi dan FPI Soal Penembakan di Tol, Presiden Harus Buat Tim Pencari Fakta
Neta S Pane, mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) independen untuk mengungkap kasus ini
TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA-Keterangan yang disampaikan Front Pembela Islam (FPI) dan Polisi tentang penembakan di Tol Cikampek, Senin (7/12/2020) sangat berbeda.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch ( IPW) Neta S Pane, mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) independen untuk mengungkap kasus ini.
Pasalnya, terdapat perbedaan keterangan antara pihak polisi dan FPI dalam menjelaskan apa yang terjadi di Kilometer 50 Tol Cikampek, pada Senin dini hari tersebut.
"Selain itu, IPW mendesak agar segera dibentuk Tim Pencari Fakta Independen untuk mengungkapkan, apa yang terjadi sebenarnya. Sebab antara versi Polri dan versi FPI sangat jauh berbeda penjelasannya," tandas Neta.
Neta menegaskan, Presiden Joko Widodo harus mencopot Kapolri Jenderal Idham Azis dan Kabaintelkam Polri Komjen Rycko Amelza.
"Presiden Jokowi harus segera mencopot Kapolri Jenderal Idham Azis dan Kabaintelkam Polri Komjen Rycko Amelza, sehubungan terjadinya kasus penembakan yang menewaskan enam anggota FPI," ujar Neta melalui keterangan tertulis, Senin.
Neta menilai bahwa Idham Aziz merupakan pihak paling bertanggungjawab atas tewasnya keenam anggota FPI tersebut.
Idham dinilai tidak mencerminkan sikap profesional, modern, dan terpercaya (promoter) sejak adanya pembiaran kerumunan di Bandara Soekarno Hatta saat kepulangan Rizieq, pada 10 November lalu.
"Tidak promoter-nya Idham Azis dalam mengantisipasi kasus Rizieq, sudah terlihat sejak kedatangan pimpinan FPI itu di Bandara Soetta, yang tidak diantisipasi dengan profesional tapi terbiarkan hingga menimbulkan masalah," tambahnya.
Enam Tewas Ditembak
Diberitakan sebelumnya, polisi menembak enam dari 10 orang yang disebut merupakan simpatisan Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, tepatnya di Kilometer 50, pada Senin (7/12/2020) dini hari.
Kapolda Metro Jaya Fadil Imran mengatakan bahwa penembakan terhadap enam orang tersebut dilakukan karena mereka diduga melakukan penyerangan terhadap jajarannya saat menjalani tugas penyelidikan kasus Rizieq.
"Anggota yang terancam keselamatan jiwanya karena diserang kemudian melakukan tindakan tegas dan terukur terhadap kelompok yang diduga pengikut MRS, dan meninggal dunia sebanyak enam orang," ujar Fadil dalam konferensi pers, Senin.
Menurut Fadil, ada tiga peluru senjata api asli yang telah digunakan dalam aksi penyerangan terhadap polisi itu.
"Asli (bukan senpi rakitan). Ini sudah ada tiga yang ditembakkan," tambah Fadil.