Berita Palembang
Keterbatasan Tak Menghalangi Teman Tuli Palembang Hasilkan Karya Tas Blongket Cantik
Aktivitas itu dilakukan memasuki ruangan pelatihan di Kriya Sriwijaya di Jalan POM IX, Kampus Palembang, terdengar deru mesin jahit
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Keterbatasan fisik ternyata tak membuat anggota teman tuli di Palembang kehabisan kreasi.
Tangan-tangan itu terlihat sangat terampil menjahit tas dari bahan dasar kain khas Palembang, kain blongsong songket (blongket).
Aktivitas itu dilakukan memasuki ruangan pelatihan di Kriya Sriwijaya di Jalan POM IX, Kampus Palembang, terdengar deru mesin jahit.
Bernaung dalam Ketua Komunitas Kreatif Disabilitas (KKD), membuat anggota komunitas dapat berdaya di tengah keterbatasan.
Ketua Komunitas Kreatif Disabilitas, Lega Raharja, menjelaskan, anggota komunitas dilibatkan dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) penghasil tas cantik wanita agar dapat lebih mandiri secara ekonomi.
Baca juga: Cara Verval Ijazah di Info GTK 2020, Persiapan untuk Seleksi PPPK
"Sebelum ada KKD ini mereka berjalan sendiri. Kami tampung, kami organisir dan coba sampaikan ke Dinas Koperasi dan UMKM rupanya disambut baik dan diadakan pelatihan juga dibantu pemasaran," jelas Lega saat diwawancarai di Kriya Sriwijaya , Kamis (26/11/2020).
Lega menyebutkan, mulanya teman tuli hanya memproduksi masker dan pesanan jahitan pakaian secara pribadi. Akibatnya, selain penghasilan yang minim, pemasaran pun tak optimal karena hanya sebatas dari mulut ke mulut.
Namun, sejak bernaung di KKD omzet penjualan tas cantik nan elegan ini pun meroket bahkan hingga jutaan rupiah.
Sebagai informasi, setiap satu tas blongket hasil kreasi teman tuli dihargai mulai Rp350 ribu hingga jutaan rupiah.
Dalam proses produksi tas dibutuhkan fokus dan konsentrasi agar hasilnya sempurna. Pasalnya, jika ada cacat produksi atau gagal otomotis bisa merugi karena bahan dasar dari blongket ini harganya relatif mahal.
"Hasil kreasi mereka bisa mendapat pasar yang lebih luas. Dulunya ya hanya untuk konsumen yang mereka kenal saja," kata Lega.
Baca juga: Pakai Dana Desa untuk Bisnis Giok, Mantan Kades di Sumsel Ini Divonis 4 Tahun Penjara
Menurut Lega, dengan mengadakan pelatihan dan membantu pemasaran online, kalangan penyandang gangguan pendengaran pun bisa meningkatkan pendapatan.
Terlebih, peluang pekerjaan bagi penyandang disabilitas saat ini terbilang masih sangat kecil.
"Kalau masuk formasi pegawai akan kalah dengan yang umum, maka secara alami mereka harus mencari uang apalagi lalau sudah nikah, rata-rata yang sudah nikah harus mandiri dengan mencari pekerjaan," katanya.
Cindy, penyandang tuli, mengaku senang bisa dilibatkan dalam program pelatihan dan pemberdayaan UMKM khusus bagi penyandang disabilitas. Dia mengatakan, dengan bergabungnya dia di komunitas ini dapat lebih bersemangat dalam memproduksi tas.
"Banyak teman di sini. Saya bisa jadi lebih pintar dan semangat." kata Cindy. (Sp/ Jati Purwanti)