Cerita Khas Sumsel
Kisah Suwandi 20 Tahun Guide Museum Subkoss Lubuklinggau, Saksi Sejarah Agresi Militer Belanda
Setiap pengunjung yang datang ke Museum ini pasti akan dilayani oleh laki-laki berusia 76 tahun ini sembari mengajak berkeliling menunjukkan koleksi
Penulis: Eko Hepronis | Editor: Wawan Perdana
"Selama jadi guide itu tidak ada gaji, Tapi setiap ada kunjungan setelah selesai mereka (pengunjung) selalu memberikan uang, paling banyak dikasih Rp. 25 ribu- Rp 50 ribu, uang itu kita bagi bersama," ungkapnya.
Lanjutnya, baru kemudian di zaman Bupati Sueb Tamat seluruh pengurus museum Subkos diberikan insentif sampai tahun 2007.
Pada tahun berikutnya banyak pengurus yang mundur karena tidak ada insentif lagi.
"Tahun 2015 pengelolaanya diambil oleh dinas pariwisata, saat itu seluruh pengurus honornya kembali dianggarkan, sehari dianggarkan Rp. 50 ribu untuk lima hari kerja," ujarnya.
Kemudian, pada tahun 2017 honor pengurus kembali ditiadakan. Lalu pada tahun tahun 2019 pemerintah pusat mengggarkan dana museum secara nasional.
Hanya saja saat itu penganggarannya dilakukan setiap ada kegiatan. Ketika ada sisa dari sebuah kegiatan baru dibagikan kepada seluruh pengurus.
"Tahun 2020 kembali dipegang oleh Pariwisata Sumsel dan menjadi unit kerja Musieum Balaputra Dewa. Museum Subkoss ini sebagai KUPT. Untuk pengurusnya diubah menjadi PLH dengan Insentif Rp 1,5 juta perbulan," ujarnya.
Menurutnya, insentif tersebut, bila dinilai sangat jauh dari kesan cukup, namun, karena kecintaan dengan sejarah dan bentuk pengabdian untuk negara patut untuk disyukuri.
"Harapannya kedepan supaya para pengunjung baik itu mahasiswa dan masyarakat umum faham arti sejarah. Kedepan saya ingin ketika saya pensiun ada penggantinya menceritakan kepada generasi berikutnya," ungkapnya.