Berita Palembang
7 Bulan Belajar Daring, Curhat Zulinto Banyak Dapat WA Walimurid Pertanyakan Kapan Masuk Sekolah
Mereka (walisiswa, Red) baru beberapa bulan saja sudah komplain. Bagaimana kita, guru yang mengajar bertahun -tahun. Maka kita harus bangga jadi guru.
Penulis: Sri Hidayatun | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Proses belajar daring sejak pertengahan Maret hingga saat ini masih berlangsung. Berbagai keluh kesah pun mulai dirasakan walisiswa yang menggantikan posisi guru di sekolah untuk mendampingi anak-anaknya di rumah.
Begitu pula yang dirasakan Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang sekaligus Ketua PGRI Sumsel Ahmad Zulinto yang terus mendapatkan banyak SMS dari walisiswa yang curhat dengan keadaan tersebut.
"Tak ada yang bisa gantikan guru. Ini terbukti, sejak beberapa bulan lalu dan hingga saat ini banyak sekali yang WA ke saya" Pak Zulinto kapan masuk sekolah, kami ribut terus sama suami dan anak gara-gara belajar daring," ujar Zulinto menirukan saat memberikan kata sambutan di acara Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus PC PGRI Kecamatan se-Kota Palembang, Selasa (27/10/2020).
Ia mengatakan ini bukti kalau posisi guru memang tidak bsia digantikan oleh siapapun juga.
"Mereka (walisiswa, Red) baru beberapa bulan saja sudah komplain. Bagaimana kita, guru yang mengajar bertahun -tahun. Maka kita harus bangga jadi guru, ini profesinya yang sangat mulia," ujarnya.
Ia mengatakan guru memiliki peran yang besar dalam menentukan masa depan bangsa.
"PGRI ini adalah organisasi guru yang paling besar. Semua pengurus yang ada di dalamnya ini tak menerima gaji sepesepun. PGRI pun organisasi yang selalu memperjuangkan nasib guru," tegas dia.
Saat ini, PGRI terus memperjuangkan nasib guru honorer agar bisa diangkat menjadi PNS.
Guru juga Stres
Sejak Maret hingga saat ini proses belajar mengajar disekolah dengan tatap muka diganti mendadak dengan secara daring (dalam jaringan).
Hal ini dikarenakan pandemi covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia. Selama daring tentu banyak hal yang muncul. Bukan hanya bagi siswa dan orangtua saja, guru pun juga ikut menjadi stres akibat daring ini.
Kepala MI Daarul Aitam Evi Agustina, SAg, MPd mengatakan selama daring di MI Daarul Aitam Palembang ini juga guru tetap datang ke sekolah dan melakukan pembelajaran secara daring dari sekolah.
"Di tempat kami, guru ini wajib datang dari 8 sampai 12 tapi yang membuat guru stres datang ke sekolah tanpa siswa, hanya menghadapi hp dan laptop saja," ujarnya dalam Sumsel Virtual Fest, "Mengelola Energi Negatif Biar Tidak Stres", Senin (11/10).
Tak hanya itu, pemicu stres guru lainnya jam bekerja mereka malah semakin bertambah. "Harusnya berkurang tapi malah bertambah karena tak semya siswa stand by saat belajar daring walaupun sudah diberikan limit waktu," ujar dia.
Belum lagi, tekanan dari para orangtua siswa dan mereka tidak setuju dengan pembelajaran ini sehingga seolah-olah menyalahkan guru.