Corona di Sumsel
Sejak April Sudah Teridentifikasi Klaster Keluarga yang Terjangkit Corona di Sumsel
Kasus Covid-19 masih terus bertambah, bahkan kini ada istilah klaster keluarga.
Penulis: Linda Trisnawati |
"Kita harus tegas jangan ragu-ragu, kalau tanpa gejala. Kita sudah ada memeriksa lebih 2000 sampel dan yang positif ada 200. Lalu kita analisa yang positif ini ternyata sumbernya yang dari bergejala.
Sedangkan dari yang tidak bergejala ini tidak menularkan," jelasnya.
Masih kata Prof Yuwono, cuma kadang-kadang gejala ini tidak disadari, misal hanya demam sehari.
Padahal itu tetap termasuk gejala yang bisa menularkan.
Di keluarga ini juga ada dua macam yaitu komorfit artinya punya penyakit sebelumnya, lalu koinsiden terjangkit penyakit lainnya.
Sementara itu ketika ada keluarga yang dinyatakan positif apa yang harus dilakukan? Menurut Prof Yuwono, penyakit Covid-19 itu ada tiga yaitu fase pertama flu like illness seperti flue di Minggu pertama.
Maka diwaku itu perlu pemakaian Masker untuk pencegahan penularan. Lalu Minggu kedua fase penyembuhan, namun kalau berat maka akan berat. Tapi kalau tidak fase penyembuhan.
Sedangkan Minggu ketiga fase recovery.
"Untuk tes yang paling bagus itu bukan swab, tapi lebih ke tes serologi yaitu tes untuk mendeteksi antibodi baik Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG). Jadi bukan hanya rekatif dan non reaktif saja," cetusnya.
Sementara itu terkait adanya istilah happy hypoxia menurutnya, itu adanya di darah, karena penurunan kadar oksigen dalam darah. Menurutnya istilah yang tepat itu silent hypoxia.
Sedangkan terkait adanya calon Pilkada melanggar protokol kesehatan, menurutnya apakah perlu dilakukan Pilkada saat pandemi.
"Protokol adalah tata cara atau prosedur yang merujuk pada ilmu atau undang-undang. Artinya ilmu tentang Covid-19 dan peraturan tentang Covid-19. Protokol Covid-19 itu meliputi edukasi, treatment, lalu tiga M (memakai masker, mencuci cuci tangan dan menjaga jarak) serta jaga imunitas," ungkapnya.