Berita Viral
Viral Surat Diduga Utang Negara Tahun 1947 ke Warga OKI Senilai Rp1.500, Ini Kata Pemerhati Sejarah
Sebelumnya atau pada bulan Januari 1947, terjadi pertemuan selama lima hari lima malam antara pejuang di kota Palembang melawan penjajah Belanda.
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Secarik surat masa lampau yang diduga pinjaman utang piutang pada tahun 1947 ditemukan di Ogan Komering Ilir (OKI).
Dalam surat itu tertulis perjanjian pinjaman uang oleh negara Republik Indonesia sebesar Rp.1.500 kepada H. Jakfar yang merupakan warga Desa Tanjung Baru, Kecamatan Tanjung Lubuk, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Tertulis tanggal 10-11-1947 sebagai keterangan waktu surat itu dibuat.
Dari pengakuan ahli waris, barang bersejarah itu ditemukan dalam guci yang sudah tersimpan di loteng rumah.
Terkait viralnya surat tersebut, Pemerhati Sejarah Kota Palembang, Rd Muhammad Ikhsan memberikan tanggapannya.
Menurut Ikhsan, sudah tentu surat tersebut harus dilakukan pembuktian secara mendalam untuk mengungkap kebenarannya.
"Bukan pembuktian asli atau tidaknya surat itu karena juga merupakan tulisan tangan. Tapi yang lebih harus dibuktikan adalah maksud dari yang saat ini kita tangkap pada tulisan itu. Apakah sudah sesuai atau belum dari makna sebenarnya," ujarnya, Rabu (19/8/2020).
• VIRAL Surat Diduga Utang Negara Tahun 1947 Ditemukan Warga Tanjung Lubuk OKI, Disimpan dalam Guci

Menurutnya, pernyataan sepihak dari ahli waris tidak bisa dijadikan patokan untuk menarik kesimpulan dari sejarah.
"Dalam konteks apa surat itu dibuat, kita belum tahu. Tapi dari sisi sejarah, penemuan ini jelas sangat menarik," ujarnya.
Menariknya, kata Ikhsan, pada surat itu ditulis tanggal tertulis tanggal 10-11-1947 sebagai keterangan waktu.
Dikatakannya, tanggal tersebut terjadi beberapa bulan setelah terjadinya agresi militer I pada 21 Juli 1947.
Sebelumnya atau pada bulan Januari 1947, terjadi pertemuan selama lima hari lima malam antara pejuang di kota Palembang melawan penjajah Belanda.
Namun saat itu seluruh pasukan pejuang di Kota Palembang memutuskan untuk mundur sejauh 20 km dari pusat kota.
Sebab pasukan Belanda mengancam akan membumi hanguskan pusat kota Palembang dalam pertemuan tersebut.
"Karena masyarakat saat itu banyak yang berada di kota, jadi para pejuang kita memilih untuk mundur. Padahal kekuatan pejuang kita sudah kuat untuk berperang di kota. Tapi karena khawatir rakyat jadi korban, akhirnya diputuskan untuk mundur sejauh 20 kilometer. Kejadian itu terjadi di bulan Januari tahun 1947," jelasnya.