Update Terbaru Kasus Gilang Bungkus, Begini Pengakuan Ibu dan Kakaknya Disidang Etik di Unair
Keluarga Gilang, mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) yang diduga menjadi pelaku fetish kain jarik menyesalkan sikap anaknya.
Menurut Psikolog Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Koentjoro, tujuan utama Gilang pertama kali adalah memenuhi kepuasan seksualnya.
Tetapi, lanjut dia bukan hanya seks, proses kekhawatiran dan membuat orang takut diperintah itu menjadi tujuan lainnya.
"Ketika bahwa seseorang itu merasa takut, diperintah, itu pembentukan perilakunya adalah operant conditioning, sesuatu yang menyenangkan cenderung diulangi," papar Koentjoro.
Ia menilai Gilang mendapat kepuasan dari melihat korbannya merasa ketakutan saat dibungkus dengan kain jarik.
Merasa puas dengan hal itu, pelaku kemudian melakukan hal yang sama dengan mencari korban lain.
"Dia melihat ada orang ketakutan, dia menjadi aman, dan itu diulangi," jelasnya.
"Ada kemudian terbentuk formasi-formasi tertentu, akhirnya menjadi berkelanjutan," kata Koentjoro.
"Itu yang bisa saya jelaskan dari bagaimana proses pembentukannya," tambah dosen psikologi Universitas Gadjah Mada tersebut.
Koentjoro menambahkan, reaksi Gilang terbentuk dari caranya berusaha membuat korban patuh.
Seperti diketahui, pelaku berupaya mendekati korban melalui media sosial dan WhatsApp.
Koentjoro menilai reaksi patuh korban menjadi kepuasan bagi Gilang.
"Bagaimana perilaku menyenangkan itu adalah orang menuruti perintahnya," papar Koentjoro.
"Kemudian apa dia inginkan terlaksana. Jadi orang tunduk," lanjutnya.
Selain itu, Koentjoro menyebutkan Gilang berupaya membuat orang takut dengannya.
Diketahui Gilang kerap meminta junior di kampus menghormati dirinya sebagai senior, seperti yang tampak dari sejumlah tangkapan layar percakapan yang diunggah korban.