Berita Palembang

Dikenal Kalem tapi Garang Tangkap Bandit, Profil Kanit Tekab 134 Polrestabes Palembang Iptu Tohirin

Setelah menamatkan SMA tahun 1995, Tohirin muda melanjutkan pendidikan Bintara di Lido, Bogor, Jawa Barat tahun 1995 selama setahun.

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Weni Wahyuny
dokumentasi keluarga
Iptu Tohirin, Kanit Tekab 134 Polrestabes Palembang bersama istri dan anak-anaknya 

"Saat itu saya ditugaskan di Kabupaten Pidie, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) pada tahun 2004," terang Tohirin.

Ketika itu pada pagi hari tanggal 26 Desember 2004, asrama tempat Tohirin dan rekan-rekan sesama Polri, diterjang ombak hingga bangunan asrama luluh-lantak.

Saat itu, kata Tohirin, tiga orang rekannya dari Bengkulu sempat hilang diseret ombak namun berhasil ditemukan beberapa hari kemudian dalam kondisi luka-luka.

"Waktu itu 10 orang anggota Polri, lima dari Sumsel, lima dari Bengkulu. Nah, tiga orang yang dari Bengkulu ini sempat hilang. Waktu itu kami selamat tapi habis semua barang-barang kami, kecuali pakaian di badan dan senjata api di pinggang," kenang Tohirin.

"Itu pengalaman yang tak terlupakan dalam hidup saya. Namun saya sebagai anggota Polri mendapat pengalaman berharga seolah dilatih oleh bencana alam," ungkap Tohirin.

UNGKAP KASUS SAAT TUGAS DI SATRESKRIM

Bertugas di Satreskrim selama 13 tahun sejak 1999, Tohirin lalu melanjutkan pendidikan sekolah calon perwira (Secapa) di Sukabumi, Jawa Barat tahun 2012.

Setahun berselang, ia ditunjuk menjadi Kanit Tipikor Polres Empatlawang tahun 2013 hingga 2015.

Setelah itu, Tohirin menjabat Kanit Tipikor Polres Musi Banyuasin (Muba) selama setahun.

Tahun 2017, Tohirin menjabat Kanit Narkoba Polres Muba hingga tahun 2018.

"Tahun 2018, saya kembali ke Polresta Palembang dengan menjabat Kanit Pidum dan Kanit Tekab 134," ujarnya.

Banyak pengalaman yang dialami Tohirin dan personil Reskrim lainnya saat mengungkap kasus kejahatan.

Pengalaman yang paling berkesan di antaranya mengungkap kasus kejahatan seperti jambret yang mengakibatkan korbannya meninggal dunia.

"Banyak kasus tentunya. Seperti 2018, ada pelaku curas (pencurian dengan kekerasan). Dia ke mana-mana bawa senpi, ada tiga korban penembakan oleh pelaku ketika itu," ungkap Tohirin.

Kasus kejahatan lainnya yang menurut Tohirin sangat menjadi perhatian dan berhasil diungkap, ialah peristiwa penembakan anggota Polsek Plaju pada Mei 2019.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved