Profesor Asal Sumsel Ungkap Semua Virus Tidak Ada Obatnya, yang Ada Hanya Vaksin

Profesor Asal Sumsel Ungkap Semua Virus Tidak Ada Obatnya, yang Ada Hanya Vaksin

Penulis: Linda Trisnawati |
Tribun Sumsel/ Linda Trisnawati
Prof Yuwono 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan Prof. Dr. dr. Yuwono, M. Biomed mengatakan, bahwa semua virus pada prinsipnya tidak ada obatnya.

"Obat antivirus kerjanya ada dua yaitu untuk menghambat dia masuk dan ketika sudah masuk mengganggu untuk memperbanyak diri.

Tapi tidak menonaktifkan virus," kata Prof Yuwono saat Live Talk di Sumsel Viritual Fest 2020 yang diadakan Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post, Jumat (24/4/2020).

Prof Yuwono pun mencontohkan, temen-temen penderita HIV diobati tapi hanya berkurang bukan hilang.

Karena sejatinya tidak ada antivirus yang ada hanya vaksin.

"Vaksin hanya bisa dinetralisir minimal kalau imunitasnya diatas kesaktian virus. Maka kita sembuh dan tidak kena sakit kalaupun sakit ringan. Vaksin ini tugasnya merangsang imunitas diatas kesaktian virus," jelasnya.

Ilmuwan Terus Meneliti, Apakah Virus Corona Bisa Menular Lewat Aktivitas Berhubungan Seksual

Bayar 500 Ribu Untuk Dua Kali Berhubungan Badan Tak Dituruti, Alasan Pria di Madura Bunuh PSK

Lalu ada juga terapi plasma, ini bukan barang baru karena sudah ada sejak 100 tahun lalu.

"Contohnya kalau diambil dari orang yang mempunyai imun diatas kesaktian virus, maka dipisahkan darah merah putih dan plasma nya.

Nah plasmanya ini dimasukkan ke orang yang sakit" kata dia

Namun tetap balik-balik sesuai imunitas masing-masing.

Contoh obat Klorokuin, untuk menghambat melengketnya Covid-19 di tubuh manusia dan untuk menganggu virus di dalam tubuh pasien.

Intinya kalau ada temuan disebut antivirus nggak tepat. Ada namanya siklus krebs yaitu siklus untuk membikin energi ATP.

Nah gula yang dimakan diproses dalam skilus krebs dan jadilah energi. Siklus krebs membuat energi bukan protein. Kalau gula dicampur makanan tentu akan menjadi energi.

Kalau untuk dipakai di rumah sakit layaknya obat ada uji enam tahapan. Paling cepat normalnya butuh dua tahun.

Contohnya uji vaksin di Wuhan cepet karena sudah dilakukan sejak 2012 sampai 2014 diambil sampelnya saat SARS MERS, makanya dia cepet menemukannya.

"Cuma saya ingatkan masyarakat, fokus apa yang kita butuhkan saja.

Lalu jaga diri kita jangan orang lain. Dalam kondisi pandemi ini kita harus sabar dan jaga imunitas masing-masing dengan cara cukup tidur, cukup makan, cukur gerak dan berfikir positif," pesannya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved