Kisah Wong Palembang 23 Tahun Tinggal di Pelissanne, Ceritakan Kondisi Prancis yang Kini Di-lockdown
Banyak kisah sedih akibat Covid-19 ini. Tourist orang Cina laki laki berumur 80 tahun meninggal dunia karena co vid-19 setelah dirawat di ruang ICU du
Penulis: Lisma Noviani | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM, PRANCIS -- Evi Yuliza Battin mengurai cerita 23 tahun hidup di Prancis bersama sang suami.
Evi merupakan warga negara Indonesia, aslinya dari Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Selain menceritakan awal mula tinggal di Prancis, Evi pula menceritakan bagaimana kondisi Prancis yang kini lockdown karena corona.
Berikut kisah Evi yang ia ceritakan kepada Tribunsumsel.com:
Namaku Evi Yuliza Battin. Biasa dipanggil Evi atau Yuli. Aku asli Palembang. Aku menetap di Perancis dari tanggal 01 November 1997.
Menikah dengan Bruno Francis Battini asal dari Tuscany, Italy tapi menetap di Prancis karena pekerjaan.
Aku dan dan Bruno dulu bertemu di Jakarta awal tahun 1995 sewaktu dia expat untuk proyek Jabotabek. Waktu itu dia dikontrak oleh Pekerjaan Umum Jakarta (PU).
Dan aku bekerja di marketing Department, head office di Hotel Ambhara Jakarta, grupnya Pasaraya ownernya mantan Menteri Tenaga Kerja Abdul Latief.
Waktu itu suami menginap di hotel tempat aku bekerja.
Marketing mengundang seluruh tamu-tamu untuk dinner bersama bagi para tamu yang sudah menginap lebih dari satu bulan. Dari pertemuan itu, kita bertemu lagi 3 bulan kemudian di travel agent di ground floor.
Dia mau confirm ticketnya ke Prancis, dan aku mau pulang ke Palembang, liburan. Dia masih mengenalku, kita mengobrol sebentar dan dia tinggalkan business card nya.
Setelah 3 minggu dia pulang ke negaranya, aku mendapat post card darinya. Dia kirim ke hôtel. Akhirnya aku balas ke email dia. Sejak hari itu kita surat menyurat selama 1 tahun. Akhir tahun 1996 dia mau menikah denganku.
Dia menghormati orang tuaku dan menggelar akad nikah di Palembang . DiIslamkan di Mesjid Jakarta banyak saksi dari keluargaku, nama Islam suamiku Ahmad Yusuf. Disunnat juga, Di Prancis kita berniat punya anak, dan memutuskan hari tua kita tetap tinggal di panti jompo.
Anak-anak bule tidak akan mengurus orang tuanya. Ada yang care tapi hanya 10 persen. Ada teman-temanku sudah pensiun, suami meninggal dunia, semua hidup sendiri. Yang berduit tinggal di panti jompo.
Karena harus bayar minimum 2000 euros per bulan (15 jutaan rupiah). Tidak Ada yang gratis di Perancis. Makanya kami sudah persiapan semua untuk masa depan kalau ada apa-apa.