Berita Viral

Psikolog Pertanyakan Sikap Orangtua ABG 15 Tahun Bunuh Bocah 6 Tahun di Jakpus, Sketsa Jadi Pertanda

Kasus pembunuhan bocah 5 tahun secara sadid oleh seorang siswi SMP di Jakarta Utara terus bergulir.

Editor: Moch Krisna
TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI
'Tetap Tenang dan Beri Aku Siksaan' Atau 'Aku akan Membawamu Ke Liang Kubur', Kalimat-kalimat Mengerikan dalam Sketsa ABG 15 Tahun Pembunuh Bocah 6 Tahun di Jakpus 

Rencana pihak kepolisian yang akan memeriksa kejiwaan pelaku ini rupanya menarik perhatian para psikolog anak.

Salah satunya adalah psikolog anak ternama di Tanah Air, Tika Bisono.

Dilansir Sosok.ID dari tayangan Prime Times News di kanal YouTube MetroNews edisi Sabtu (7/3/2020) psikolog anak, Tika Bisono ikut angkat bicara terkait kasus pembunuhan yang dilakukan siswi SMP ini.

Menurut Tika Bisono, kebiasaan itu kerap terjadi pada remaja yang jarang berkomunikasi dengan orang lain.

"Kalau banyak catatan harian, biasanya mekanisme orang yang sulit ngobrol.

Tapi kan remaja seluruh dunia biasanya kan memang terhambat mengobrol terbuka dengan orangtua karena mereka baru jadi gede.

Jadi lebih senang ke teman-teman atau ke buku harian. Dan itu sangat normallah kalau soal buku harian," jelas Tika Bisono.

Lebih lanjut, Tika Bisono mengatakan perilaku menyimpang pelaku kemungkinan dipicu oleh kondisi di sekitarnya, dalam hal ini adalah keluarga.

"Penyebabnya bisa banyak ya, karena kita enggak bisa lihat hanya di ujung akibat. Kita harus melihat juga penyebab," ungkap Tika.

Tika Bisono merasa bagaimana pelaku diperlakukan di rumah oleh kerluarganya perlu diselidiki lebih lanjut.

"Nah ini di rumah, si remaja ini sering diperlakukan seperti apa sih oleh keluarga?" tanya Tika.

Sebab ada kemungkinan pelaku melakukan hal keji ini lantaran merasa tidak dihargai atau tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya.

Perlakuan yang kurang baik dari keluarga bisa jadi membuat pelaku terbiasa dan mengolah pola pikirnya hingga emotional numb (kehilangan empati).

"Nah itu secara emosional bisa numb, bisa kayak datar dan hilang, jadi yang dia lakukan sudah enggak bermasalah lagi bermakna atau enggak," ujar Tika.

Melihat pihak keluarga kemungkinan berperan besar, Tika menyarankan pihak kepolisian untuk melibatkan psikolog, bukan psikiater.

Bagi Tika, psikolog lebih cocok untuk menyelidiki kondisi NF di rumahnya secara menyeluruh.

"Di rumah asal muasalnya, makanya Pak Polisi tolong jangan psikiater tapi psikolog dilibatkan," ujar Tika.

"Karena harus lebih banyak lihat di lapangan dan observasinya harus lebih menyeluruh," tandasnya.

(*)

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved