Tak Digubris hingga Dimasukkan ke RSJ, Kisah Dokter Pertama di Dunia yang Kampanyekan Cuci Tangan
Dokter asal Hungaria ini mencoba menerapkan sistem cuci tangan di Wina, Austria tahun 1840 untuk mengurangi tingkat kematian di ruang persalinan.
Semmelweis mengamati banyak mahasiswa yang baru saja menangani otopsi, langsung membantu persalinan.
Saat itu sarung tangan atau alat pelindung lain belum dipakai saat pembedahan, dan sering terlihat mahasiswa kedokteran masuk ke bangsal dan di pakaian mereka terbawa potongan daging atau jaringan.
Meruntuhkan rumah sakit
Para bidan tidak melakukan otopsi.
Apakah ini menjadi jawaban bagi pertanyaan di kepala Semmelweis?
Keberadaan kuman belum dipahami dengan baik saat itu, sehingga sulit untuk menemukan jawaban bagi kotornya rumah sakit.
Dokter kandungan James Y. Simpson (1811-1870), dokter pertama yang memperlihatkan fungsi anastetis dari kloroform terhadap manusia, berpendapat bahwa penularan silang tak bisa dikendalikan.
Menurutnya rumah sakit secara berkala harus dihancurkan kemudian dibangun lagi.
John Eric Erichsen, seorang ahli bedah terkenal abad kesembilan belas - dan penulis buku The Science and Art of Surgery (1853), sepakat dengan Simpson.
"Sekali saja rumah sakit terinfeksi bakteri penyerang darah, mustahil untuk diberantas dengan metode higienis. Sama sulitnya dengan membersihkan dinding yang dimakan semut, atau keju tua yang dipenuhi belatung," tulisnya.
Semmelweiss tidak percaya bahwa tindakannya harus drastis seperti itu.
Sesudah menyimpulkan bahwa demam nifas itu disebabkan oleh "materi infeksi", ia memasang baskom berisi air bercampur larutan kapur di rumah sakit.
Dokter yang baru saja dari ruang bedah, diminta untuk mencuci tangan dengan cairan antiseptik ini sebelum masuk ke ruang persalingan.
Tahun 1848 tingkat kematian di bangsal yang ditangani mahasiswa kedokteran turun drastis ke angka 12,7 per 1.000 kelahiran.
Tak dihargai