Teror Harimau di Semende
Polisi Lepaskan Tembakan Usir Harimau di Semende, Cerita Detik-detik Evakuasi Warga dari Kebun
TRIBUNSUMSEL.COM,= MUARAENIM-Harimau kembali meneror warga Semende Muara Enim, Senin (23/12/2019).
TRIBUNSUMSEL.COM,= MUARAENIM-Harimau kembali meneror warga Semende Muara Enim, Senin (23/12/2019).
Tidak hanya itu, harimau juga memangsa kerbau ternak warga Desa Pulau Panggung, Kecamatan Semende Darat Laut (SDL), Kabupaten Muaraenim.
Mulik warga Semende terpaksa menginap di pondoknya malam.
Ia melihat langsung harimau memakan kerbaunya sekitar pukul 19.00 WIB.
Melihat kejadian itu, Mulik berinisiatif menelpon tetangga kebunnya bernama Karial (49 tahun), memberitahukan keberadaan harimau di dekat pondoknya.
Ia lantas, meminta pertolongan untuk memberitahukan kejadian tersebut kepada masyarakat setempat dan sekaligus meminta jemputan untuk dievakuasi dari pondok.
Kemudian Karial menelpon ke warga desanya, dan langsung dilaporkan ke Polsek Semendo.
Lalu Polsek Semendo menurunkan tiga orang personelnya, dua dari Kodim dan warga setempat.
Semuanya berjumlah 50 orang dengan bersenjatakan senjata tajam dan kayu langsung menuju kebun Mulik yang berjarak sekitar satu kilometer.
Sekira pukul 19.20, rombongan evakuasi tiba dikebun Mulik dan langsung melakukan evakuasi bersama hewan ternaknya ke Desa sekitar pukul 22.00.
Namun sebelum melakukan evakuasi harimau tersebut masih berada sekitar 30 meter dari pondok.
Petugas terpaksa melepaskan tembakan beberapa kali ke udara sehingga berhasil membuat takut harimau dan lari ke dalam semak.
Selain itu, warga juga menjemput sisa warga yang masih bermalam di pondok yang tidak jauh dari lokasi bernama Akam Sidi bersama istri dan dua orang anaknya yang merupakan warga Desa Pulau Panggung, Kecamatan SDL, Kabupaten Muaraenim.
Dan sekitar pukul 23.10, warga bersama aparat berhasil mengevakuasi semua warga yang tinggal dikebun untuk pulang kembali ke Desa Pulau Panggung dalam kondisi aman.
Tokoh masyarakat Semendo Deraini, meminta dan mengharapkan pihak terkait untuk serius menangani serangan harimau ini, sebab sudah banyak memakan korban jiwa.
Meskipun Harimau adalah hewan dilindungi, namun tidak boleh sampai memangsa manusia.
Menurut dia, instansi terkait cepat tanggap menanggapi kasus ini, jangan sampai ada korban jiwa lainnya.
Akibat teror harimau tersebut sebagian warga Semendo takut kekebun dan ke sawah.
Jika dibiarkan lama dikhawtirkan akan timbul permasalahan sosial seperti kelaparan, tingkat kejahatan meningkat dan lain-lain, karena masyarakat tidak bisa lagi mencari nafkah.
"Saya heran, sepertinya lebih berharga nyawa harimau daripada nyawa manusia," tegas mantan anggota DPRD Muaraenim ini.
• KPH dan BKSDA Berdebat Kewenangan Soal Harimau, DPRD : Kami Bukan Dak Dengar Kalian Ribut
Kapolres Muaraenim AKBP AfnerJuwono melalui Kapolsek Semendo AKP Fery mengatakan bahwa memang ada warga yang minta jemput untuk pulang karena ada Harimau.
Saat ini, semua warga sudah berhasil dijemput dan kondisi aman.
Untuk itu, pihaknya menghimbau agar untuk sementara waktu tidak melaksanakan aktivitas di kebun kopi atau sawah didaerah Pagar Embun tersebut, karena diperkirakan harimau tersebut masih berada di daerah tersebut dan diduga kelaparan.
Kebijakan Gubernur Sumsel
Gubernur Sumsel Herman Deru saat berkunjung ke Pagaralam bersama Kapolda Sumsel dan Pangdam II Sriwijaya beberapa hari lalu, membahas solusi konflik antara harimau dan manusia yang terjadi di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat.
Gubernur meminta pihak KPH dan BKSDA melakukan investigasi mendalam.
Pasalnya diduga konflik ini disebabkan adanya kerusakan Hutan Lindung (HL) yang merupakan habitat dari Harimau Sumatera tersebut.
Untuk itu para petani yang selama ini beraktivitas di dalam kawasan hutan lindung akan direlokasikan ke tempat lain agar habitat satwa yang ada di dalam kawasan hutan tetap terjaga.
Menurut Gubernur Herman Deru, kerusakan hutan lindung membuat habitat flora dan fauna yang ada di dalamnya menjadi terganggu.
Untuk itu pihaknya akan melakukan restorasi hutan lindung.
"Restorasi kita akan sosialisasikan, larangan untuk menggunakan hutan lindung juga disampaikan. Namun, kita juga ingin mencarikan solusi bagi petani dengan merelokasikan mereka," ujarnya.
Restorasi hutan lindung menurut Herman sebetulnya selalu dilakukan.
Namun, karena kerusakan hutan tersebut terjadi secara masif menimbulkan dampak yang tidak terduga.
Seperti halnya konflik antara harimau dan manusia yang terjadi di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat yang telah memakan korban.
"Jika kayu di hutan habis maka hewan-hewan di dalamnya akan terganggu. Selain itu dampak pemburuan yang semakin masif juga telah membuat hewan di hutan lindung kehabisan buruan mereka."
"Artinya ini ada tangung jawab kita bersama, bagaimana kita mempertahankan flora dan fauna di hutan kita ini. Ini kan titipan anak cucu kita," katanya.
Dengan kejadian konflik tersebut, pihaknya mengaku saat ini pemerintah setempat harus berupaya mengembalikan kepercayaan di masyrakat dengan menciptakan rasa aman.
Selain itu, semua aktivitas di dalam hutan lindung pun harus dihentikan.
"Stop pengerusakan hutan, secara tegas saya katakan ini bukan sekedar maklumat. Ini instruksi semua pihak, sama-sama kita tangung jawab, tak bisa kita diamkan terus, karena nanti akan bertambah korban," tegasnya. (SP/ Ardani/Wawan Septiawan)